Cerita

Sekolah Perempuan Bantu Lilik Indrawati Pahami Perlindungan Sosial dan Kesehatan Reproduksi

31 Januari 2015
Penulis: admin

Lilik Indrawati (26) terlihat menonjol di antara peserta Sekolah Perempuan lainnya. Ibu dari satu anak perempuan ini terlihat cerdas dalam setiap tutur katanya. Tak salah jika Lilik sangat gigih dalam memberikan pemahaman kepada suami dan ibunya terhadap aktivitasnya di Sekolah Perempuan yang merupakan program Gender Watchyang dilaksanakan oleh KPS2K, salah satu mitra KAPAL Perempuan, dan difasilitasi oleh MAMPU.

Awalnya, suami dan ibunya kurang mendukung kegiatan Lilik di Sekolah Perempuan karena dianggap hanya membuang waktu. Namun kemudian Lilik membuktikan bahwa Sekolah Perempuan telah memberikan banyak hal dalam hidupnya. Ia terus aktif dalam kegiatan-kegiatan di Sekolah Perempuan sambil tak putus memberikan pemahaman secara perlahan kepada suami dan ibunya.

Alasan Lilik ingin tetap mengikuti Sekolah Perempuan karena materi yang diberikan sangat dekat dengan permasalahan yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya, tentang gender, dari pembahasan ini Lilik menjadi paham, bahwa laki-laki dan perempuan bisa berbagi peran dalam tugas rumah tangga.

Dari materi ini, saya menjadi lebih paham bahwa istri bisa bernegosiasi dengan suami jika kondisi mengharuskan berbagi tugas, asal disampaikan dengan baik dan istri masih menjalankan tugas utamanya dengan baik.” Kata Lilik.

Sejak mengikuti program MAMPU melalui Sekolah Perempuan, Lilik menjadi lebih percaya diri. Ia punya pengalaman mengurus Surat Pernyataan Miskin (SPM) saat ayahnya sakit lambung akut dan harus dirawat di Rumah Sakit Gresik. Ayahnya sembuh total tanpa biaya sedikitpun. Melihat keberhasilan Lilik dalam proses pengobatan ayahnya, hal ini membuat suami dan ibunya percaya bahwa Sekolah Perempuan telah mendidik Lilik dengan baik dan memberi manfaat.

Menurut Lilik, Sekolah Perempuan tak hanya memberikan kekuatan terhadap kepemimpinan perempuan beserta hak-hak sosial saja, di sana ada materi kesehatan reproduksi. Lilik menjadi berani memeriksakan diri ke Dokter atas penyakit keputihan yang dideritanya. Hasilnya, setelah berobat rutin, Ia sembuh. Perempuan-perempuan di sekitar rumahnya ikut diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Tetangganya banyak yang berkonsultasi tentang pemeriksaan keputihan kepadanya sehingga tidak ada rasa khawatir saat memeriksakan kesehatan reproduksi mereka karena Lilik menjelaskan prosedurnya dengan baik.

Pengetahuan Lilik yang didapat dari berbagai seminar dan pelatihan melalui Sekolah Perempuan, selalu diamalkan kembali oleh Lilik ke orang lain. Misalnya, membantu masyarakat dalam proses penggunaan Jamkesmas, mendampingi ke puskesmas dan memberi pemahaman-pemahaman bagi masyarakat terkait hak-hak perlindungan sosial. Tugasnya sebagai Tim Pemantau Komunitas terhadap program-program pemerintah yang dijalankan di desanya dijalankannya dengan sepenuh hati.

Lilik menjadi semakin percaya diri karena kini dirinya selalu dilibatkan dalam rapat bersama pejabat desa dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya terkait perlindungan sosial. Ia juga menjadi salah satu penanggung jawab, redaktur dan kontributor pada Koran Gema Perempuan Pedesaan; koran yang terbit setiap dua bulan sekali untuk lingkup Sekolah Perempuan dan penduduk di sekitarnya.

Harapan ke depannya, Lilik ingin semua perempuan di desanya maju, minimal dalam menyerap pemahaman tentang perlindungan sosial yang berhak diterima. Kondisi perempuan yang mengerjakan pekerjaan rumahan di daerahnya masih menerima upah sangat rendah. Pernikahan dini yang marak juga turut mewarnai potret kemiskinan. Oleh karena itu Lilik tak pernah berkurang semangatnya dalam berjuang melalui Sekolah Perempuan. Lilik pun berharap Program MAMPU terus berkelanjutan.

Penyempurnaan Cerita Most Significant Change yang ditulis oleh Rumi di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur.