Kegiatan
Percepatan Penanggulangan Stunting Masih Diperjuangkan di Masa Pandemi
26 Agustus 2020Penulis: Amron Hamdi
Pandemi COVID-19 berdampak tidak hanya pada perekonomian masyarakat, namun juga pada upaya pencapaian prioritas nasional pemerintah, dimana salah satunya adalah percepatan pencegahan stunting. Dalam sebuah webinar yang diselenggarakan 14 Mei 2020 lalu oleh ‘Aisyiyah, Mitra MAMPU pada klaster kesehatan reproduksi dan gizi, Iing Mursalin mewakili Tim Percepatan Penanggulangan Anak Kerdil (TP2AK) sebagai salah satu narasumber berpendapat, “Ketika kondisi normal saja target penurunan angka stunting cukup sukar dicapai, apalagi dalam kondisi kedaruratan COVID-19 seperti ini.”
Menurut Iing, terdapat empat faktor utama yang menghambat penurunan kasus stunting di berbagai wilayah, antara lain karena adanya realokasi anggaran dari yang semula dikonsentrasikan pada upaya pencegahan stunting, kini difokuskan pada upaya pencegahan dan penanggulangan COVID-19; pemberlakuan PSBB yang mengakibatkan terhentinya kegiatan posyandu, kelas ibu hamil, dan sosialisasi kesehatan reproduksi dan gizi; menurunnya aktivitas ekonomi yang mengakibatkan menurunkan pendapatan dan daya beli masyarakat; serta kelangkaan dan kenaikan harga pangan yang secara langsung mempengaruhi akses masyarakat terhadap bahan pangan bergizi
Melengkapi pernyataan tersebut, data menarik dari Bappenas yang disampaikan oleh Pungkas Bahjuri Ali menunjukkan bahwa wilayah yang menunjukkan angka kasus stunting tertinggi di Indonesia, juga merupakan wilayah dengan angka kasus COVID-19 yang tinggi. Kenyataan ini, menurut Pungkas mempersulit upaya pencegahan stunting. “Tantangannya bukan hanya triple burden, melainkan quadruple burden, yaitu beban obesitas, kekurangan gizi mikro, kekurangan gizi makro, ditambah lagi beban COVID-19.”
Menanggapi hal tersebut, Dian Dhipo dari Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI menyampaikan pentingnya ketahanan pangan dan gizi di tingkat keluarga. “Ketahanan gizi yang lemah dalam lingkup keluarga akan meningkatkan masalah gizi akut. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya pula jumlah anak yang menderita gizi buruk dan stunting. Oleh karenanya perlu penanganan yang tepat, yaitu pendampingan di tingkat keluarga.”
Penguatan Kader dan Pemberian Bibit untuk Ketahanan Pangan dan Gizi di Desa
Pendampingan dan pendidikan di tingkat desa dilakukan oleh ‘Aisyiyah dengan dukungan Program MAMPU. Tri Hastuti, selaku Manager Program MAMPU ‘Aisyiyah menjelaskan di dalam sesi webinar tentang peran organisasi masyarakat sipil seperti ‘Aisyiyah dalam penguatan peran kader pendamping ASI dan gizi yang melakukan pendampingan keluarga dengan memberikan edukasi, serta bahan makanan pendamping ASI dari pangan lokal. Mendukung upaya tersebut, ‘Aisyiyah turut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dhuafa mustadhafin selama masa pandemi ini.
Pada 19 – 20 Mei 2020 lalu, melalui dukungan Program MAMPU, ‘Aisyiyah mengadakan penyegaran materi penyuluhan dampingan kepada para kader dan pendamping Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) di 15 kabupaten/kota. Pelatihan penyegaran ini dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom dan diikuti oleh 270 kader dan 30 orang pendamping PDA. Menurut Karwati, Koordinator MAMPU ‘Aisyiyah di Sumedang, para kader yang belum terbiasa melakukan pertemuan virtual menunjukkan antusiasme tinggi. “Banyak kader bersemangat ikut, karena itu tim panitia siap membantu mengarahkan peserta untuk bergabung secara online”, ujar Karwati.
Disamping penguatan kader, Tri juga menjelaskan peran ‘Aisyiyah yang secara langsung terlibat dalam pengadaan bahan pangan yang sulit diperoleh di masa pandemi. Di beberapa kabupaten dan kota, “’Aisyiyah menyalurkan bahan pangan bergizi kepada ibu hamil dan menyusui, dan anak dengan stunting sesuai dengan potensi daerah dengan memperhatikan kebutuhan khusus mereka. Selain itu, kami juga mendorong kelompok perempuan di daerah dampingan untuk memanfaatkan pekarangan rumah mereka,” jelas Tri.
Pemanfaatan pekarangan rumah warga yang dimaksud didukung dengan pemberian bibit tanaman dan ikan bagi komunitas Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) di 15 kabupaten/kota. Pembudidayaan ikan dilakukan guna memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari secara mandiri, setidaknya selama masa pandemi ini berlangsung. Monica Subastia dari tim MAMPU ‘Aisyiyah Magelang menyampaikan bahwa berdasarkan hasil pemetaan, masih banyak keluarga yang kekurangan konsumsi protein. “Pemberian bibit kami lakukan tidak terbatas pada bibit sayur, tetapi juga dari bibit buah dan ikan karena dari hasil pemetaan yang kami lakukan masih banyak keluarga yang kekurangan asupan protein dan juga kurang konsumsi buah,” ungkapnya. Upaya ini disambut baik oleh kelompok BSA tiap daerah, yang menyampaikan harapan agar kegiatan ini berlanjut hingga pandemi ini berakhir.