Cerita
Berbekal Pengetahuan, Kader ‘Aisyiyah Melawan Mitos Tanak Lada di Kalimantan Barat
27 Mei 2018Penulis: admin
Informasi dapat mengubah perilaku manusia. Hal ini terbukti ketika program dari MAMPU ‘Aisyiyah datang. MAMPU ‘Aisyiyah hadir dengan segudang informasi dan memberikan dampak yang positif bagi kehidupan Ibu‐Ibu di Desa Lumbang, Sambas, Kalimantan Barat, salah satunya adalah Marlina (28 tahun).
Marlina yang merupakan ibu rumah tangga, adalah salah satu dari kader BSA Desa Lumbang yang merasakan dampak positif dari kegiatan MAMPU ‘Aisyiyah. Perempuan yang biasa dipanggil Ana ini, memiliki 2 orang anak yang masih duduk di bangku SD.
Mulanya, Ana tidak pernah bergabung dengan sebuah komunitas dikarenakan tidak ada izin dari sang suami. Namun, kini ia sudah bisa merasakan duduk berdampingan dengan para ibu lainnya, serta berbagi informasi tentang berbagai hal yang bermanfaat. Sejak bulan Maret 2016, Ana mulai bergabung dengan MAMPU ‘Aisyiyah melalui binaan tim kader Desa di Desa Lumbang.
Sebagai kader di komunitas BSA, Ana selalu menyempatkan waktu disela‐sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga untuk mengikuti kegiatan dari program MAMPU ‘Aisyiyah. Program yang berjalan merupakan wadah bagi perempuan usia subur (PUS), khususnya dhuafa Mustadhafin, untuk bersilaturahmi, berbagai informasi tentang kesehatan reproduksi.
Beberapa informasi kesehatan reproduksi diantaranya adalah sosialisasi masalah ASI, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Keluarga Berencana (KB), dan pemeriksaan IVA, Pap Smear, Sadari serta Sadarnis. Tidak hanya sampai di situ, program MAMPU ‘Aisyiyah juga mengangkat isu pemberdayaan ekonomi melalui berkebun sayuran, dan pembinaan keterampilan (life skill) serta pendidikan.
Tak ketinggalan, pendidikan keagamaan juga dilaksanakan di BSA Desa Lumbang, khususnya di komunitas Ibu Ana, yang mengadakan pembinaan belajar baca Al‐Quran. Adapun tujuan dari program ini adalah peningkatan kualitas kesehatan reproduksi, menciptakan komunitas Ta’awun (tolong menolong) dan mewujudkan ekonomi produktif, serta meningkatkan iman dan takwa.
“Semula suami saya tidak memberi izin saya ikut kegiatan ini. Akan tetapi sikapnya mulai berubah setelah melihat dampak positif kegiatan ini bagi saya”, ujar Ana.
Bahkan disampaikan oleh Ana, suaminya sebelumnya sering bersikap agak kasar. Namun, dengan pelan‐pelan Ana memberikan penjelasan terhadap suaminya tentang pengetahuan yang didapatnya dari komunitas tentang kesetaraan gender. Akhirnya suami Ana mulai menyadari dan mendukung Ana, bahkan suaminya kini siap mengantar jika ada kegiatan yang jaraknya jauh dari rumah mereka. Atas dukungan dari sang suami, maka Ana semakin semangat dalam mengikut kegiatan di komunitasnya.
Dampak lain yang dirasakan oleh Ana dari program ini adalah bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Ana yang dulunya percaya dengan mitos‐mitos yang berkembang pada masyarakat setempat mengenai ASI dan IMD, kini bisa menjelaskan kepada keluarga dan tetangga terdekat tentang pentingnya ASI dan IMD, serta pentingnya asupan gizi bagi Ibu menyusui.
Dengan pengetahuan yang diperolehnya, Ana mematahkan mitos tanak lada yang dipercaya masyarakat. Tanak Lada artinya sambal dengan bahan lada. Tanak Lada berkembang di masyarakat sebagai makanan yang hanya diperbolehkan diberikan kepada ibu setelah melahirkan. Namun kemudian, Ana berbagi informasi dan juga fakta kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan bagi ibu menyusui. Ia berusaha meyakinkan masyarakat agar tidak mempercayai mitos tersebut.
Harapan Ana pada program ini tidak akan berhenti sampai di sini saja. Ana berharap program bisa berlanjut dengan program-program lain yang lebih mendidik, menambahkan wawasan dan pengetahuan, serta memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Ditulis oleh: Rosaleni diambil dari Most Significant Changes Stories