Cerita
Clara Ndaomanu: Bantu Keluarga dengan Menjahit
27 Mei 2018Penulis: admin
Clara Ndaomanu (27 tahun) adalah salah satu anggota kelompok jahit Esasue lulusan SMA. Ia seorang wanita muda yang mempunyai potensi. Selain sebagai penjahit, ia juga menjadi guru honor di PAUD Kasih Karunia milik Gereja GMIT di Desa Oesao, Kupang Timur, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Clara baru belajar menjahit setahun belakangan ini. Ibunya juga seorang penjahit yang memiliki sebuah mesin jahit yang sudah tua. Tapi, karena kondisi kesehatannya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja, akhirnya ibunya tidak menjahit lagi. Hal ini berpengaruh pada penghasilan keluarganya. Padahal, ayahnya hanya bekerja serabutan dan Clara memiliki seorang adik angkat.
Pada tahun 2015 Desa Oesao mendapat bantuan mesin jahit dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans). Sebenarnya mesin jahit itu diperuntukkan bagi ibunya, namun karena ibunya sudah tidak lagi menjahit, maka Clara lah yang meneruskan menjahit. Namun Clara sama sekali tidak tahu menjahit. selama ini, ia tidak pernah menyentuh mesin tersebut.
Setelah kondisi ibunya seperti itu, barulah ia sadar dan muncul keinginan untuk belajar menjahit. Di tahun yang sama, Yayasan Satu Karya Karsa (YSKK) masuk untuk mendampingi kelompok Esasue, yang mana ibunya juga menjadi anggota kelompok. Namun, setelah itu Clara yang menggantikan posisi ibunya. Ia benar-benar belajar dari nol. Namun dengan bimbingan ibunya, ia bisa menjalankan mesin jahit.
Seiring berjalannya waktu, Clara banyak belajar dari pelatihan demi pelatihan yang diberikan oleh YSKK. Ia belajar membuat tas serut, dompet dan tas jinjing, serta kalung-kalung. Kemampuannya menjahit berkembang sangat cepat dalam kurun waktu 1 tahun. Dan dalam kelompok pun ia termasuk anggota yang produktif dengan usia yang masih muda.
Akhirnya saat ini, ia berhasil menjualkan tas dengan berbagai model kain, seperti kain brokat dikombinasikan dengan jenis kain lainnya. Harganya juga cukup terjangkau untuk kalangan lokal, misalnya tas jinjing ia jual dengan harga Rp. 75.000 – Rp 125.000.
Selain dijual sendiri, Clara juga menjual tasnya melalui event pameran di tingkat kecamatan. Peminat tasnya cukup banyak. Saat menjelang hari raya, mulai banyak pesanan tas dan dompet. Dengan adanya pesanan dari banyak orang, hal ini tentu menambah pendapatannya dan bisa membantu perekonomian keluarganya.
Dengan perkembangan kemampuan Clara dan keberhasilannya, Ibunya merasa bangga. Ia sering membantu Clara dalam menyiapkan bahan dan membimbingnya saat mendapatkan kesulitan. Menurut ibunya, Clara sangat sabar dan telaten, juga mau mendengar masukan dari orang lain untuk membuatnya lebih paham terhadap suatu produk.
Ditulis oleh: Sarci Adu diambil dari Most Significant Changes Story