Event

 

PERMAMPU Rayakan Puncak Hari Kesehatan Seksual di Jambi

29 September 2017
Author: admin

Tanggal 27-28 September lalu, Konsorsium PERMAMPU didukung oleh program MAMPU merayakan Hari Kesehatan Seksual 2017 di Jambi. Mengambil tema “Keluarga: Landasan Kesehatan Tubuh Perempuan & Negara”, perayaan ini adalah puncak dari perayaan Hari Kesehatan Seksual yang dilakukan sepanjang September di 8 provinsi wilayah kerja konsorsium, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan dan Lampung. PERMAMPU menekankan bahwa setiap orang termasuk anak melalui keluarga, berhak atas akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan berbasis pengetahuan terkait kesehatan seksual dan reproduksi. PERMAMPU menggunakan kesempatan ini untuk juga menerima masukan dari para peserta untuk penyusunan Buku Pegangan untuk Orang Tua Mengenai Kesehatan Tubuh dan Reproduksi Anak.

Di tahun 2014, PERMAMPU melakukan sebuah penelitian terkait kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. Temuan memperlihatkan minimnya pemahaman dan kesadaran perempuan mengenai seksualitas, serta otonomi perempuan terhadap tubuhnya. Salah satu sebabnya adalah tidak adanya pendidikan mengenai tubuh atau seksualitas di dalam keluarga, serta pendidikan di sekolah tidak menjawab permasalahan tersebut. Hal ini berimplikasi terjadinya hal-hal negatif bagi perempuan antara lain kekerasan dalam masa pacaran, inses, hubungan seks di luar pernikahan, pernikahan anak usia dini, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), tingginya angka penyakit menular seksual, pelecehan seksual.

Oleh karena itu, Konsorsium PERMAMPU melihat pentingnya peran keluarga terhadap kebutuhan anak dalam memberikan pendidikan kepada anak mengenai pengetahuan kesehatan seksual dan organ reproduksi guna mencegah hal-hal negatif terjadi terutama pada anak perempuan. Dihadiri lebih dari 65 peserta perwakilan dari 8 provinsi, wilayah di mana anggota konsorsium PERMAMPU bekerja; yaitu Aceh (Flower Aceh), Sumatera Utara (PESADA), Riau (PPSW Riau), Sumatera Barat (LP2M), Jambi (APM), Bengkulu (WCC Cahaya Perempuan), Sumatera Selatan (WCC Palembang) dan Lampung (DAMAR Lampung). Perwakilan ini terdiri atas Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR), Forum Multi Stakeholder (FMS) yang terdiri dari beragam pemangku kepentingan; perempuan akar rumput, pemerintah, tokoh agama dan tokoh adat serta perempuan muda yang aktif dalam mendukung perjuangan isu kesehatan seksual dan reproduksi.

Acara dibuka oleh Asisten II Gubernur Provinsi Jambi Bapak Ir. Agus Sunaryo M.Si dengan pesan inti bahwa pemerintah provinsi Jambi sangat mendukung upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan kesehatan seksual dan reproduksi anak melalui keluarga sebagai salah satu usaha baik untuk menekan angka kematian ibu dan penyebaran penyakit menular seksual. Selain itu, ini sejalan dengan peran pemerintah Jambi yaitu 3M yaitu Melayani, Menggerakan dan Memberdayakan masyarakat.

Selain beliau, turut hadir sebagai narasumber yaitu Ibu Rika Oktavia, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk / DP3AP2) provinsi Jambi. Ibu Rika memaparkan isu-isu perempuan yang ada di kota Jambi, seperti kekerasan, akses ke pendidikan, tingkat ekonomi dan usaha-usaha DP3AP2 memberikan solusi untuk isu-isu tersebut. Program prioritas DP3AP2 adalah 3 Ends; akhiri kekerasan terhadap perempuan & anak, akhiri perdagangan manusia dan akhiri kesenjangan ekonomi perempuan.

Sesi dilanjutkan oleh Ibu Christina yang berbagi tentang program Kementerian Kesehatan yang menerapkan buku Rapor Kesehatan Reproduksi, hasil kerja sama empat Kementerian untuk siswa/i kelas 1 Sekolah Dasar (SD) sampai dengan 3 Sekolah Menengah Atas (SMA)

“Buku Raport Kesehatan Reproduksi untuk usia SMP dan SMA menjelaskan tentang kesehatan reproduksi dan mencegah prilaku-prilaku beresiko termasuk juga kesehatan jiwa karena saat ini kemenkes menerima banyak keluhan dari anak-anak yang merasa kesepian dan tidak diperhatikan,” ungkap Ibu Christina. Ke depannya, Kemenkes akan mengembangkan versi digital dari buku ini agar dikembangkan ke daerah-daerah lain.

Sesi dilanjutkan oleh Komisioner KOMNAS Perempuan, Budi Wahyuni. Beliau memaparkan kondisi pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi di Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya menyampaikan informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi ke masyarakat tanpa batas umur.  Sesi awal dari hari pertama ditutup oleh jabaran tentang solusi-solusi lokal yang sudah dilakukan komunitas di Jambi terkait isu-isu perempuan di wilayah Jambi yang disampaikan oleh Amin Abdullah.

Selain dari narasumber-narasumber tersebut, Konsorsium PERMAMPU juga mendengarkan paparan dari perwakilan Forum Perempuan Muda mengenai pentingnya peran orang tua dalam pendidikan kesehatan seksual dan organ reproduksi agar menjadi bekal bagi orang tua saat menyampaikan informasi kepada anak-anaknya.

Ufiah, salah satu perwakilan dari Forum Perempuan Muda Flower Aceh sangat mendukung perumusan buku pegangan untuk orangtua. Menurutnya pengetahuan dasar dan informasi yang benar mengenai kesehatan seksual dan organ reproduksi seharusnya diberikan oleh keluarga kepada anaknya bahkan sebelum informasi tersebut didapatkan anak di bangku sekolah. Ufiah menceritakan pengalamannya sendiri yang beruntung karena mulai dikenalkan dengan organ reproduksi dan kesehatan seksual saat ia berumur 4 tahun.

“Saya sangat bersyukur karena saya mendapatkan dampingan yang baik dari orang tua saya terutama dari Mamak contohnya menghadapi menstruasi, saya berharap semua orang tua dapat melakukan hal tersebut kepada anak-anaknya karena hal itu sangat penting sebagai pendidikan dasar tentang pengetahuan kesehatan organ reproduksi,” ujar Fia.

Tetapi menurut Fia, panggilan akrab Ufiah, masih banyak teman-temannya yang belum mendapatkan pendidikan dan juga informasi yang tepat mengenai ketubuhan. Oleh karena itu, dia mendukung pembuatan buku pegangan untuk kesehatan seksual bagi keluarga.

Sepanjang hari kedua, semua peserta bersama-sama memberikan masukan untuk buku pegangan orangtua untuk menjelaskan tentang kesehatan reproduksi kepada anak-anak mereka. Masukan-masukan berharga dari berbagai macam pihak telah diterima. Setelah acara selesai, PERMAMPU akan segera menyusun buku pegangan dan menggunakannya di komunitas dampingan PERMAMPU.

Diharapkan melalui buku ini, pendidikan tentang kesehatan seksual dan ketubuhan  ini bukan lagi menjadi hal yang tabu dengan menggunakan bahasa yang ARSI (Akurat, Relevan, Scientific-based/berbasis pengetahuan) untuk diajarkan kepada anak tetapi pendidikan ini sangat penting sebagai bekal bagi anak dalam mejaga dirinya dikemudian hari.