Cerita
Melawan Kekerasan dalam Rumah Tangga Bersama PESADA
30 April 2016Penulis: admin
Saya Adelina, perempuan kepala keluarga yang bekerja sebagai petani. Saya bersama tiga anak saya tinggal di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Di tengah keterbatasan, kami berempat berjuang sendirian karena suami saya meninggalkan rumah dan tidak menafkahi kami sejak tahun 2013.
Awalnya, pernikahan yang telah kami bina sejak tahun 2006 sangatlah bahagia, hingga akhirnya datang perempuan lain. Perangai suami saya mulai berubah, Ia kerap melakukan tindak kekerasan. Saat itu, saya diam dan tak mau menceritakan apa yang telah terjadi di dalam rumah tangga kami karena malu. Pengalaman ini membekas dan meninggalkan trauma pada diri saya. Saya kerap menyalahkan diri dan menganggap bahwa suami saya meninggalkan kami karena saya tidak mampu mengurus rumah tangga.
Pada 2014, saya memutuskan untuk bergabung dengan Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) dan Koperasi Kredit Mawar Sirisi. Melalui kedua perkumpulan inilah saya bertemu dengan kader PESADA yang senasib. Kami berbagi suka duka dan saling menyemangati. Berkat pertemuan ini, saya menyadari bahwa kepergian suami saya karena dia tidak menghargai saya sebagai seorang perempuan. Saya merasa bersyukur karena diberikan jalan untuk mengakhiri hubungan yang penuh kekerasan tersebut.
Selain bergabung dengan PESADA, saya juga menjadi anggota di Suara Perempuan untuk Keadilan (SPUK) di wilayah desa Sirisirisi. Disana saya melihat banyak wanita di sekitar saya berada di posisi yang sama, menjadi orang tua tunggal karena ditinggal oleh suami mereka. Saya termotivasi untuk membantu korban kekerasan dalam rumah tangga lain. Saya memberikan semangat pada mereka agar tidak putus asa dan mereka harus melaporkan serta melawan tindak kekerasan dalam rumah tangga mereka.
Saya menyadari bahwa salah satu cara untuk menyadarkan masyarakat akan isu kekerasan dimulai dari keluarga. Oleh karena itu, sebagai perempuan kepala keluarga, saya mendidik anak – anak saya dengan disiplin. Saya mengajarkan anak laki – laki saya untuk menghargai, menghormati dan melindungi keluarganya. Kini, anak pertama saya telah mampu untuk mengerjakan tugas domestik seperti mencuci piring, melipat dan menyimpan baju hingga merawat dan menjaga kedua adiknya. Kedepan, saya harap anak – anak saya mampu bertanggung jawab pada hidupnya dan saling menjaga satu sama lain.
Saya juga membekali anak saya dengan memberikan pendidikan seks pada anak dimana mereka diajarkan untuk mengetahui dan menghormati organ reproduksi perempuan dan laki-laki. Mengajarkan mereka untuk lebih terbuka dan aktif berkomunikasi akan berbagai hal di hidup mereka. Saya harap ini dapat menjadi pencegahan awal agar generasi kami selanjutnya terhindar dari tindak kekerasan.
Saya percaya, hari-hari kami ke depan akan semakin indah.
* Penyempurnaan cerita dari Most Significant Changes yang ditulis oleh Dewi Hairani