Cerita
Juliana Kampanyekan Tes Kesehatan Bagi Perempuan bersama Balai Sakinah ‘Aisyiyah Kalimantan Barat
31 Desember 2016Penulis: admin
Begitu besar peran ibu yang dirasakan oleh keluarga di Indonesia. Ketika seorang ibu menjaga kesehatan tubuhnya, secara tidak langsung ini merupakan jaminan bagi kesehatan keluarga mereka sendiri. Juliana adalah satu contoh ibu yang paham pentingnya jaga kesehatan serta aktif mendorong perempuan-perempuan di daerahnya untuk menjaga kesehatan mereka.
Juliana (30) adalah seorang ibu 3 orang anak dari keluarga sederhana dan hidup di Desa Sjegi, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Ia sosok perempuan yang mewakili lebih dari 1.000 perempuan di Sejegi yang berjuang bersama Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) agar perempuan aktif menjaga kesehatannya.
Juliana melihat bahwa salah satu faktor penghambat seorang perempuan dalam melakukan pencegahan atau pengobatan penyakit adalah rendahnya pengetahuan. Itu pula yang mendorong Juliana bergabung ke BSA, selain itu bisa menjadi ajang silahturahmi. Dirinya bergabung awalnya diajak oleh kader BSA Sejegi. “Saat itu saya tidak tahu tentang BSA, kemudian setelah mendengar penjelasan dari Bu Lia dan Bu Ipit, yang saya pahami bahwa Balai Sakinah ‘Aisyiyah merupakan program dari ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang menyampaikan informasi melalui penyuluhan tentang kesehatan reproduksi perempuan seperti KB dan juga tentang ASI,” paparnya.
“Yang paling penting, melalui BSA saya mulai jadi tahu bahwa perempuan itu harus mengetahui (status) kesehatan dirinya sedini mungkin,” ungkapnya.
“Dulu saya pikir yang penting kalau sudah sakit, diobati. Kalau sudah waktunya, biar pun diobati, pasti tetap meninggal,” begitu pikiran Juliana dulu. Ia pun merasa tidak perlu melakukan tes IVA atau melakukan pencegahan terhadap penyakit yang berhubungan dengan (sistem) reproduksi perempuan.
Namun melalui BSA, Ia mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang kesehatan reproduksi. Ia kini paham pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi dan melakukan deteksi dini kanker serviks agar segala penyakit dapat segera ditangani sebelum terlambat. Juliana sadar betul sebagai perempuan risikonya terhadap kanker serviks cukup tinggi, ditambah dengan faktor keturunan, sepupu Juliana meninggal karena kankers serviks. Juliana pun langsung tes IVA.
“Saya ingat betul bagaimana hati saya berdebar saat mengikuti tes Sadanis dan IVA tersebut,” Juliana mengaku. Saat itu Ia merasa berat hati karena suaminya tidak menyetujuinya melakukan pemeriksaan tersebut. “’Buat ape tes IVA itu? Udahlah, kau kan ndak saket sekarang jadi untuk ape nak ikot itu’,” Juliana mengulang kalimat sang suami pada waktu itu.
Akan tetapi, dengan tekad bulat dan doa, Juliana memantapkan diri untuk tetap mengikuti tes tersebut. “Semoge abang tak marah dengan saye karene yang tau dengan diri saye ye diri saye sendiri, maafken saye Bang,” kenangnya saat berkata pada suaminya sendiri kala itu, bahwa apa yang dilakukannya adalah demi kebaikan keluarganya juga.
Setelah menjalankan pemeriksaan dan mengetahui hasil tes, Juliana bersyukur dan lega bahwa hasilnya negatif, Ia pun bercerita kepada sang suami. “Suami saya tersenyum setelah saya menceritakan hasil tes saya negatif,” ceritanya dengan nada bersemangat.
“Kegiatan yang dilakukan oleh BSA ini telah membawa perubahan bermakna pada kehidupan saya.” Ungkap Juliana. Ia tidak ragu meneruskan informasi BSA kepada perempuan lainnya di Sejegi dengan ikut membantu BSA menyebarkan informasi mengenai pemeriksaan kanker serviks dan kanker payudara di desanya. “Sejak saat itu, saya menyampaikan dan mengajak ibu-ibu untuk ikuti penyuluhan ‘Aisyiyah dan berani untuk tes IVA karena manfaatnya sangat luar biasa.”
Bersama dengan anggota BSA lainnya, Juliana aktif menyadarkan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dan melakukan tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) bagi perempuan di daerahnya. Didukung oleh MAMPU, gerakan ini bertujuan untuk mendukung terpenuhinya hak-hak dasar kesehatan perempuan, khususnya kesehatan ibu dan reproduksi bagi perempuan miskin di Indonesia.
Penyempurnaan cerita Most Significant Change (MSC) yang dilaporkan oleh: Sri Eliyati (Kader BSA Sejegi)