Cerita

Kegiatan PEKKA Asah Kepercayaan Diri Perempuan Desa

30 Desember 2016
Penulis: admin

Ibu Hapsah, 43 tahun, adalah salah satu kader Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dari kelompok Alur Sabarataan, Kalimantan Selatan. Bu Hapsah mulai bergabung sebagai anggota PEKKA tahun 2013.

Menikah dengan seorang lelaki, Hapsah memiliki satu anak perempuan dan seorang cucu. Keluarganya mengandalkan hasil panen untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sepanjang tahun. Suaminya tidak bisa membantu banyak karena pekerjaan suaminya tidak tetap, kadang menjual ikan, kadang tidak bekerja sama sekali.

Dulu, Bu Hapsah tidak bisa membaca dan menulis. Walaupun Ia pernah bersekolah di Madrasah selama 6 tahun, tetapi fokus belajarnya hanya membaca Al Quran. Dua tahun lalu, Hapsah mengikuti sebuah program PEKKA, mitra MAMPU yang bernama Keaksaraan Fungsional (KF).

Kegiatan KF merupakan bagian dari program pendidikan yang termasuk kegiatan livelihood dalam Program PEKKA-MAMPU di Kalimantan Selatan. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis para anggota PEKKA, agar dapat menambah pengetahuan yang diperlukan dalam menjalani kehidupan. Para anggota PEKKA belajar KF di kelompok masing-masing sebanyak tiga kali seminggu. Kegiatan ini difasilitasi langsung oleh kader dan fasilitator lapang PEKKA.

Keinginan belajar Bu Hapsah sangat tinggi. Kadangkala jika ada kesempatan, ia meminta fasilitator lapang PEKKA untuk mendengarkannya membaca buku dan memeriksa kualitas membacanya.

“Saya merasa sangat senang. Sekarang saya bisa membaca buku di perpustakaan desa”, ungkap Bu Hapsah.

Sekarang setelah bisa membaca dan menulis, Bu Hapsah merasakan dampak lain dari aktivitasnya mengikuti kegiatan KF. Sekarang, ia mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan desa untuk membantu pekerjaan di kantor desa. Dari keterlibatan Bu Hapsah di kantor desa, ia mendapat uang sekitar Rp 200.000,-/ bulan. Uang tersebut dipergunakan untuk membantu biaya hidup sehari-hari keluarganya.

Tidak hanya itu, ia juga dipercaya masyarakat desa untuk melakukan berbagai kegiatan, misalnya membantu mengelola kegiatan posyandu di desa, mengurus dokumen di desa, mengantarkan undangan rapat desa dan membantu mengelola pembagian Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin).

“Ini merupakan perubahan yang besar yang terjadi dalam diri saya. Sebelumnya saya bukan siapa-siapa, tidak pernah terlibat dalam kegiatan di desa. Tapi sekarang kepala desa dan masyarakat mulai melibatkan diri saya dalam kegiatan di desa”, ujar Bu Hapsah.

Hapsah juga dipercaya sebagai kader PEKKA. Dalam peranannya ini, Hapsah juga memerlukan kemampuan untuk memimpin kelompok saat pertemuan rutin bulanan. Ia pun belajar memfasilitasi kelompok dan berbicara di depan anggota kelompoknya.

Terkait kemampuan berbicara di depan umum, ada satu peristiwa yang selalu ia ingat saat mengikuti kegiatan pelatihan MAMPU di Jakarta.

“Dalam pelatihan saya diminta untuk berbicara di depan peserta pelatihan yang berasal dari berbagai provinsi. Keringat dingin mengucur, bingung. Saya berlatih berbicara sendiri menggunakan mikrofon yang masih menyala ketika yang lain makan siang. Alhasil suara saya terdengar kemana-mana. Peserta lain marah. Tetapi tidak apa, saya ingin sekali bisa bicara seperti orang lain. Mudah-mudahan saya bisa berbicara di depan publik lebih baik lagi. Hapsah mengakhiri ceritanya.