Foto
Susah Air
28 April 2016Penulis: admin
“Hidup di kampung Lembata ini sangat sangat susah air. Kita hidup ini membutuhkan air. Tanpa air kita bisa mati. Hari hari harus beli air. Jangankan beli air, untuk makan saja susah. Jadi terpaksa anak-anak ini ditinggal oleh kedua orang tuanya pergi merantau untuk merubah nasib.”
Fotografer:
Mistinem Jumadi, kelahiran 1980 di Malang – Jawa Timur. Mistinem pernah bekerja di Malaysia pada perkebunan kelapa sawit selama 7 tahun (1999 – 2006). Ibu dua orang putri ini dalam keseharian bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga. Mistinem, yang suka makan rujak, saat ini aktif menjadi anggota komunitas buruh migran Sonata di Desa Dulitukan, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT.
PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto
Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT. Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.
Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran. Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember). Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.
MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015. Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.