Kegiatan
MAMPU Adakan Diskusi Peran Perempuan dalam Penanggulangan Bencana
28 September 2018Penulis: admin
“Kepemimpinan perempuan merupakan kunci tanggap dan tangguh bencana,” tegas Misiyah, Direktur Institut KAPAL Perempuan, dalam Diskusi Brown Bag Lunch tentang Perempuan dan Penanggulangan Bencana di kantor MAMPU, Jumat (31/8) lalu.
Misiyah mencontohkan Pos Perempuan pascagempa Lombok yang digagas Institut KAPAL Perempuan, Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM), dan Sekolah Perempuan.
Anggota Sekolah Perempuan aktif bergerak di 52 dusun di 12 desa di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Selain menjadi relawan di pengungsian, mereka juga siap menjadi petugas survei (enumerator). Dengan demikian, mereka turut berperan dalam mewujudkan penanggulangan situasi bencana yang responsif gender dan inklusif.
Di lain pihak, apabila penanggulangan bencana tidak responsif gender, akan ada kebutuhan perempuan, anak, dan remaja yang terlewatkan. Contohnya kebutuhan pembalut dan popok bayi, juga kerentanan remaja mengalami pernikahan anak dalam situasi bencana.
Belajar dari pengalaman ini, Misiyah menilai, pengalaman komunitas perlu diadopsi dalam upaya penanggulangan bencana. Praktik-praktik baik yang kuat oleh perempuan akar rumput pun dapat menjadi sumber penyusunan panduan penanggulangan bencana.
Henny Dwi Vidiarina dari Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana Indonesia (Planas PRB) menyuarakan pesan serupa. Menurut Vidiarina, kunci konsep penanggulangan bencana di Indonesia adalah pendekatan manajemen risiko, dan merekam partisipasi perempuan di dalamnya amatlah penting.
Sementara itu, untuk menyertakan keadilan gender dalam penanggulangan bencana, kerangka ADAPT-AKTK berikut dapat menjadi panduan.
Vidiarina pun mengingatkan, sesungguhnya tidak ada yang namanya bencana alam; yang ada hanyalah gejala alam.
Terletak di antara lempeng tektonik Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia ada di area Cincin Api dalam jalur gempa bumi dunia. Indonesia pun rentan mengalami gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
“Gempa bumi di dunia terjadi setiap hari. Kita boleh bersiap-siap, tapi tidak boleh panik,” pesannya.
(*)