MAMPU Youth Health Forum 2019: “Anak Muda Dorong Layanan Kesehatan Reproduksi yang Lebih Baik”

Jakarta, 5 Agustus 2019Program MAMPU bersama Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), Konsorsium PERMAMPU dan ‘Aisyiyah selenggarakan Youth Health Forum 2019 yang berlangsung pada 3-5 Agustus 2019 di Jakarta. Youth Health Forum 2019 merupakan kegiatan perdana dari MAMPU dan Mitra yang melibatkan kelompok anak muda secara langsung untuk mendukung penguatan kapasitas, kepemimpinan, dan kekuatan kolektif kelompok muda di akar rumput untuk mendorong pemenuhan akses Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) melalui pelatihan dan audiensi dengan pemangku kepentingan (BAPPENAS dan BkkbN).

Kelompok muda khususnya perempuan masih menghadapi beragam tantangan akibat kemiskinan, perkawinan dan kehamilan di usia anak serta minimnya akses serta ketersediaan layanan kesehatan reproduksi ramah remaja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), 1 dan 4 anak perempuan di Indonesia menikah di bawah usia 18, dan sekitar 600.000 perempuan di seluruh Indonesia menikah sebelum usia 16 tahun. Selain itu, mereka sulit mengakses informasi dan layanan kesehatan reproduksi yang menyebabkan rentannya kelompok muda dan perempuan terhadap berbagai permasalahan kesehatan seksual dan reproduksi.

Youth Health Forum 2019 bertujuan mendukung kelompok muda untuk secara aktif terlibat dalam upaya mempengaruhi peningkatan kualitas dan akses mereka terhadap layanan kesehatan—khususnya kesehatan reproduksi—di wilayah masing-masing,” disampaikan oleh Kate Shanahan, Team Leader Program MAMPU dalam pembukaan Youth Health Forum 2019.

Melalui kegiatan ini MAMPU dan Mitra MAMPU juga akan mendapatkan masukan dari peserta mengenai cara-cara yang tepat untuk dapat menarik minat dan melibatkan mereka secara bermakna dalam mencapai tujuan pembangunan untuk semua. Tujuan kegiatan ini selaras dengan tujuan yang ingin dicapai pemerintah Indonesia dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-1, 2, 3, 4 dan 5.

“Kami berharap acara ini menjadi ruang aman bagi peserta untuk mendukung anak muda Indonesia untuk memecahkan masalah bersama khususnya terkait kesehatan reproduksi, yang mereka hadapi, termasuk cara mengemukakan pendapatnya kepada pemangku kepentingan untuk mempengaruhi kebijakan,” tukas Nanda Dwinta, Direktur Yayasan Kesehatan Perempuan.

Youth Health Forum 2019 diikuti oleh 33 peserta muda usia 15-24 tahun dari 23 kabupaten di 15 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Peserta merupakan remaja yang aktif memperjuangkan akses informasi dan layanan kesehatan remaja yang lebih baik. Diharapkan setelah kegiatan ini, peserta dapat menjadi agen-agen perubahan di wilayahnya untuk mendorong peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan reproduksi bagi perempuan, khususnya kelompok muda.

Semangat Berbagi Seorang Penyintas

Pertama bergabung dalam kelompok Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) Griya Citra Mas pada 2014, Nurhaeda mendapati sebagian besar anggotanya masih segan mendiskusikan kesehatan reproduksi (kespro) secara terbuka. Sebagai koordinator, Nurhaeda menjawab tantangan ini dengan memfasilitasi penyuluhan seputar kespro dalam pertemuan rutin kelompok. Pengalamannya sebagai seorang penyintas kanker payudara turut membekalinya untuk menyebarluaskan pesan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara dan serviks.

“Saya semangat menyebar pentingnya tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), supaya ikut mengurangi kematian ibu,” ungkap perempuan asal Desa Biraeng, Kecamatan Minasate’ne, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, ini.

Selain dalam hal pendampingan kesehatan, perempuan yang biasa dipanggil Eda ini aktif mendorong kegiatan ekonomi bagi perempuan di kampungnya. Pada September 2015 lalu, ia resmi diangkat sebagai Anggota Majelis Ekonomi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Pangkep.

Semangat Nurhaeda terpupuk lewat sejumlah kegiatan pelatihan BSA yang difasilitasi ‘Aisyiyah, mitra MAMPU untuk tema peningkatan kesehatan dan gizi perempuan. Dari sanalah Nurhaeda memperoleh banyak ilmu baru mengenai kespro, termasuk metode deteksi dini SADARI (periksa payudara sendiri) dan gejala-gejala penyakit menular seksual hingga kanker.

Ia meyakini betul, pengetahuan adalah salah satu bekal penting bagi perempuan untuk menaklukkan berbagai tantangan dalam hidupnya. Di usianya yang sudah masuk kepala lima, Nurhaeda tak berhenti belajar, dan tak hanya untuk mencerdaskan dirinya sendiri.

“Kami ini kebanyakan hanya tamatan SD atau SMP. Jadi, harus ikut banyak pelatihan supaya dapat menambah ilmu untuk anak-anak kami ke depannya,” kata ibu tiga anak ini.

Nurhaeda mengakui, ajakan melakukan deteksi dini kanker seperti tes IVA maupun pap smear bagi perempuan tak selalu ditanggapi positif. Tes IVA yang pertama kali diadakan oleh BSA Griya Citra Mas hanya diikuti oleh tiga dari 20 anggota, termasuk dirinya. Menyadari bahwa mereka mungkin malu membicarakan masalah kespro di depan orang banyak, ia pun mencoba berbagai cara.

“Kalau ada kesempatan, saya main ke rumah mereka. Saya katakan, ‘Jangan malu, karena ini untuk kesehatan Ibu’,” tandasnya.

Kegigihan Nurhaeda membuahkan hasil. Saat ‘Aisyiyah Pangkep melaksanakan tes IVA, pap smear,  dan sadanis (periksa payudara klinis) massal gratis dalam rangka Hari Kanker Payudara Sedunia pada Oktober 2017, tak hanya hampir seluruh anggota BSA Griya Citra Mas yang ikut serta. “Dari luar anggota BSA juga ada yang ikut,” beber Nurhaeda bangga.

 

Deteksi Dini yang Mengubah Hidup

Sebagai penyintas kanker payudara, Nurhaeda gigih memberikan penyadaran pentingnya deteksi dini kanker. Ia telah dua kali menjalani operasi karena ditemukan benjolan di payudara kanannya, masing-masing tahun 2012 dan 2015. Pengalaman tersebut kerap digunakan Nurhaeda dalam menguatkan perempuan di sekitarnya untuk melakukan deteksi dini, yang tak jarang kemudian mengubah hidup mereka.

Setelah menjalani pemeriksaan deteksi dini gratis, dua anggota BSA Griya Citra Mas dapat segera memperoleh penanganan lanjutan. Untuk anggota yang terdeteksi kanker, Nurhaedah dan seluruh kader BSA di Kelurahan Biraeng bahu-membahu menggalang donasi yang dinamakan Gerakan IVA Sayang Ibu, yang kemudian digunakan untuk membiayai operasinya.

Konsistensi Nurhaeda mengampanyekan deteksi dini kanker lewat BSA berbuah banyak pengalaman mengesankan baginya. Lewat tes IVA, seorang perempuan yang didampingi Nurhaeda akhirnya mendapati bahwa ia menjadi korban malpraktek bidan yang menangani proses kelahiran anaknya. Akibat kesalahan jahitan pascamelahirkan, ia sering mengalami nyeri saat berhubungan suami-istri. Dengan ditemukannya pangkal permasalahan, kerenggangan hubungannya dengan suami pun dapat ditanggulangi.

Demikian pula saat Nurhaeda mendorong sesama anggota BSA untuk memeriksakan diri ketika merasakan nyeri payudara, dan meyakinkan mereka agar tak takut dioperasi apabila memang harus. Berkaca pada pengalaman pribadinya, Nurhaeda meyakini bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, namun ketika dibutuhkan, pengobatan medis tetap perlu ditempuh.

“Saya tidak ingin ada yang terlambat dalam melakukan pemeriksaan dini untuk penyakit kanker payudara ataupun kanker serviks. Saya tidak ingin perempuan lain mengalami hal yang sama seperti saya,” pungkasnya, mantap.

‘Aisyiyah Ngawi Daftarkan 156 Pasangan Usia Subur dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional

Perempuan sebagai tonggak pembentukan keluarga sehat, sejahtera dan membentuk generasi penerus menjadi fokus utama dalam pemeliharaan kesehatannya. Oleh sebab itu, perempuan harus memperoleh jaminan kesehatan tanpa batas karena perempuan mempunyai tugas multi-tasking baik di rumah maupun di luar rumah. Jika perempuan sehat, semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik.

Perempuan miskin yang tak mampu memperoleh jaminan kesehatan yang layak, sebenarnya bisa dijamin dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan pemerintah. Jika masyarakat sudah memahami prosedur dan manfaatnya, ini sangat membantu mereka. Baik yang berbayar atau yang dibayarkan oleh pemerintah melalui JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Hj. Sutjiatim Mpd, Ketua Pengurus Daerah ‘Aisyiyah Ngawi, mengatakan, “Aisyiyah sudah berhasil membantu mendaftarkan 156 Pasangan Usia Subur untuk program JKN PBI di dua kecamatan, yakni Kecamatan Kedunggalar yang terdiri dari Desa Gemarang dan Desa Kawu, serta Kecamatan Sine Desa Kauman di Ngawi.”

Sebelum advokasi untuk mendaftarkan JKN PBI bagi 156 Pasangan Usia Subur tersebut, ‘Aisyiyah terlebih dahulu mensosialisasikan program ini kepada seluruh masyarakat di sekitarnya, khususnya melalui forum Balai Sakinah Aisyiyah yang didukung oleh Program MAMPU. Pemahaman pentingnya memiliki Jaminan Kesehatan selalu disinggung dalam setiap pertemuan, memberi informasi cara pendaftaran dari mulai persiapan dokumen, wawancara dan cara membayarnya jika mendaftar JKN non-PBI.

Maka dari itu, agar masyarakat Ngawi dapat mengimplementasikan kesadaran dirinya untuk mendaftarkan JKN, ‘Aisyiyah selalu memperkuat kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak yang berkepentingan, baik dari lingkup pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan, sehingga prosesnya berjalan lancar tanpa prosedur yang sulit.

Keberhasilan memasukkan 156 Pasangan Usia Subur menjadi peserta JKN PBI, menurut Sutjiatim, tak lepas dari kerja keras para kader dalam mendampingi, mulai dari persiapan dokumen yang diperlukan, pengajuan ke Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Rumah Sakit. Serta mendampingi saat harus wawancara di Kantor BPJS Ngawi. 

Proses tidak mengalami hambatan sebab ‘Aisyiyah sudah bermitra dengan Dinas Kesehatan. 

“Mengingat banyaknya tantangan dan hambatan dalam memberi pengertian dan membuka kesadaran masyarakat tentang pentingnya kepesertaan BPJS, pendampingan itu sangat penting dilakukan. Mengubah pola pikir masyarakat itu harus bertahap,” kata Sutjiatim.

‘Aisyiyah Peringati Hari Kanker Payudara

Pada tanggal 23 Oktober, ‘Aisyiyah mengadakan salah satu rangkaian kegiatan Pink Day yang bertajuk “Hari Kanker Payudara, Tabligh Akbar dan Launching Peduli Gisi: Donasimu, Selamatkan Ibu.” Program MAMPU turut mendukung pelaksanaan kegiatan ini.

Acara tersebut dibuka oleh Wakil Bupati Pangkep, Bapak Syahban Sammana. Beliau terkesan dengan banyaknya peserta acara, lebih dari 5000 kupon acara terjual. Acara ini diramaikan oleh pentas seni, kampanye kesehatan dan penyerahan beasiswa pendidikan bagi yang membutuhkan.

Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Pangkep, Dra. Sri Hajati Fachrul Islam menyampaikan dalam sambutannya, bahwa kegiatan ini dilakukan untuk memperingati Hari Kanker Payudara, salah satu jenis kanker pembunuh perempuan terbesar di Indonesia. Ada dua kegiatan sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu penyerahan modul mengenai penanganan kanker serviks dan payudara oleh komunitas berbasis masyarakat di Makassar dan juga peluncuran GISI.

GISI merupakan akronim dari Gerakan Infaq (ZIS) Sayang Ibu, yaitu gerakan  untuk memberikan dan mendistribusikan Zakat Infaq Shodaqah bagi upaya peningkatan derajat kesehatan ibu. Melalui GISI, ‘Aisyiyah ingin menumbuhkan kesadaran untuk memberikan Zakat guna mengatasi isu-isu kesehatan ibu serta mengkampanyekan bahwa distribusi ZIS dapat diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan, seperti pemeriksaan IVA/pap smear, Sadarnis, pembiayaan pengobatan kanker, persalinan, layanan KB bagi perempuan miskin.

Menyambung sambutan sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep, Dr. Indriani Latif menerangkan adanya kerjasama yang baik antara ‘Aisyiyah dan Dinas Kesehatan Pangkep untuk mewujudkan acara ini.

“Salah satu alasan penting untuk melakukan deteksi dini kanker payudara adalah terbatasnya sarana kesehatan di daerah kepulauan. Dengan deteksi dini, kita dapat membantu proses penanganan lebih lanjut jika ditemukan adanya kanker payudara,” tukas Indriani.

Beliau pun berharap agar kerjasama yang baik dengan ‘Aisyiyah dan Pemerintah Daerah (PEMDA) Pangkep ini dapat terus berjalan.

Dilaporkan oleh: Nurus Samsiatul Mufida (Parliament Stream Officer – Program MAMPU)

‘Aisyiyah Pangkep Luncurkan Program GISI di Hari Kanker Payudara Sedunia

Bertempat di halaman rumah jabatan Bupati Pangkajene dan Kepulauan, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Pangkep menggandeng LazisMu meluncurkan Program Gerakan Infaq Sayang Ibu (GISI) dalam rangka memperingati Hari Kanker Payudara Sedunia, Minggu (23/10).

Launching Gerakan Infaq Sayang Ibu (GISI) dengan tagline “Donasimu Selamatkan Ibu” ini bertujuan untuk mengkampanyekan kepada banyak pihak akan pentingnya keselamatan kaum ibu, khususnya terbebas dari penyakit yang paling mematikan bagi kaum perempuan yakni kanker payudara juga kanker serviks.

Peluncuran GISI dihadiri oleh berbagai pihak seperti Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Soimah Kastolani, Gubernur Sulawesi Selatan diwakili oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, MAMPU Jakarta dan PWA Sul-Sel, Wakil Bupati Pangkep, unsur Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), organisasi masyarakat, organisasi perempuan peduli kanker serta sejumlah bidan, guru dan siswa-siswa Kabupaten Pangkep.

Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Pangkep selaku penanggung jawab acara dalam sambutannya menyampaikan bahwa peluncuran Gerakan Infaq Sayang Ibu (GISI) ini dalam rangka memperingati Pink Day yang jatuh pada bulan Oktober.

“Kegiatan Launching GISI ini adalah upaya mendorong adanya dana untuk kesehatan ibu dan anak termasuk penderita kanker yang ada di Kabupaten Pangke, dengan menggandeng LazisMu sebagai mitra dan dikuatkan dengan penandatangan MoU antara ‘Aisyiyah dan Lazismu. Peringatan Pink Day ini dirasa tepat untuk mengkomunikasikan pentingnya berinfaq kepada seluruh pihak, di mana donasi ini akan digunakan untuk menyelamatkan ibu penderita kanker di Kabupaten Pangkep,” ujar Sri Hajati.

Wakil Bupati Pangkep Syahban Syammana dalam sambutannya, setelah melepas peserta jalan sehat hari kanker payudara ini di hadapan ribuan peserta yang hadir, mengungkapkan apresiasinya kepada ‘Aisyiyah Pangkep dan keluarga besar Muhammadiyah, yang telah menggalang kegiatan kemanusiaan melalui Program GISI untuk membantu kesehatan ibu dan anak, yang nantinya bisa bermanfaat bagi kaum perempuan di Pangkep agar terbebas dari bahaya kanker. Selain itu wakil Bupati juga menyampaikan terima kasih kepada perwakilan MAMPU Jakarta atas peran Pemerintah Australia yang telah mendorong pemberdayaan perempuan melalui program MAMPU baik di daratan maupun kepulauan.

“Apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Aisyiyah Pangkep yang telah berhasil menggelar jalan sehat dalam rangka hari kanker payudara ini dan telah mendukung pemerintah daerah dalam memajukan kaum perempuan di Kabupaten Pangkep melalui program yang berbasis komunitas akar rumput dengan program MAMPU. Program ini tentunya sejalan dengan program Bupati dalam mempercepat upaya pengentasan kemiskinan seperti yang dijalankan ‘Aisyiyah,” ujar Syahban.

Peringatan Pink Day ini dirangkaikan dengan berbagai kegiatan seperti Lomba Duta Kanker, tarik tambang, games building team kader MAMPU yang digelar sehari sebelumnya, dan puncak acara dilaksanakan jalan sehat, pameran produk BUEKA, kampanye kesehatan reproduksi, pemberian santunan untuk korban kanker, dialog temu bisnis dan tabligh akbar tahun baru Islam 1438 H.

(Ditulis oleh Nhany Rachman, dilaporkan oleh Suri Putri Utami)

Nurhayati: Aktif Mengawal Isu Kesehatan Reproduksi

“Di kelurahan, awalnya saya masuk dalam komisi sarana prasarana. Setelah ikut pelatihan kader dengan ‘Aisyiyah saya merasa isu kesehatan reproduksi menjadi penting untuk masuk dalam perencanaan. Namun, komisi sarana prasarana tidak bisa mengusulkan suatu isu, saya pun akhirnya pindah ke komisi sosial budaya agar bisa memasukan isu kesehatan reproduksi.

Tapi saya sempat kecewa karena ternyata program kesehatan reproduksi yang semula jadi program prioritas di Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan (Musrenbangkel) tiba-tiba tidak muncul di Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam). Bersama tim dari ‘Aisyiyah, saya terus mengawal lagi agar isu kesehatan reproduksi masuk dari mulai Musrenbangkel sampai akhirnya masuk di Musrenbangcam.

Informasi terbaru dari ‘Aisyiyah, di kabupaten, usulan kesehatan reproduksi tidak masuk ke prioritas isu yang dibahas, hanya masuk lampiran. Mengetahui hal ini, kami akan terus mengawal.”

– Nurhayati, Pimpinan ranting ‘Aisyiyah Bantaeng,

Disampaikan pada Pelatihan Motivator MAMPU-‘Aisyiyah, 12 Maret 2016.

Dilaporkan oleh Mida Mardhiyah (‘Aisyiyah)

‘Aisyiyah Training for Trainers di Purbalingga dengan Pembelajaran dari Program MAMPU

Pada Jumat (19/2), Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Purbalingga adakan Training of Trainer program ‘Aisyiyah yaitu Qoryah Thoyyibah (QT), yaitu desa di mana masyarakatnya menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh. Model pendekatan yang dilatihkan adalah model pembelajaran yang didapatkan ‘Aisyiyah dari program dukungan MAMPU, yaitu pendekatan masyarakat melalui Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA). Kegiatan yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Purbalingga ini bertema Tahap 1 Menuju Penguatan Pimpinan dan Kelembagaan.

Disampaikan oleh Eny Winaryati selaku Koordinator MAMPU ‘Aisyiyah Jawa Tengah bahwa kegiatan ini dihadiri oleh peserta utusan dari PDA juga Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) yang ada di Purbalingga. Eny menambahkan bahwa training ini dilaksanakan oleh PDA Purbalingga dan berlangsung dalam 3 kelas dengan 3 kategori peserta.

“Untuk peserta PDA dibekali ToT tahap 1, peserta dari PCA diberikan pelatihan motivator, sedangkan kader yang sudah pernah menerima pembekalan sebelumnya maka diberikan materi penyegaran,” ujar Eny.

Menurut Umul Baroroh dari Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah, PWA Jateng memang sedang giat melaksanakan ToT di semua daerah untuk pelaksanaan program unggulan ‘Aisyiyah yang berlaku nasional yakni QT dan Keluarga Sakinah (KS).

“Model MAMPU diterapkan dalam program QT ini karena PP ‘Aisyiyah melihat adanya hasil positif dari pendekatan program yang dilakukan melalui kelompok Bina Sakinah ‘Aisyiyah” ungkap Umul. “Oleh karena itu model BSA-MAMPU tersebut kemudian kami duplikasi dalam program QT” jelas Umul lebih lanjut.

Diharapkan program QT ini bisa segera dilaksanakan dengan baik, menggunakan model pendekatan yang dihasilkan dari program ‘Aisyiyah-MAMPU.

Ditulis oleh Suri Putri (‘Aisyiyah)