Cerita

 

Menerapkan Ilmu dari PPR dalam Rumah Tangga

2 Januari 2016
Penulis: admin

Ainul Fitriah, biasa dipanggil dengan Fitri, adalah perempuan berusia 30 tahun yang tinggal di Rt 03 Rw 05 Dusun Plalar, Desa Sukoanyar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Saat awal menikah, suami Fitri bekerja sebagai sales alat-alat tulis. Namun ia mengalami pailit setelah mobil dan barang-barangnya terendam banjir di daerah Tapal Kuda. Usahanya harus gulung tikar dan suami Fitri terpaksa menjual semua aset yang dimilikinya. Walaupun hidup dalam keterbatasan, menurut Fitri, suaminya yang sangat bertanggung-jawab.

Ia bersama suami dan dua anak laki-lakinya, tinggal di rumah berukuran 3 x 9 meter yang dibangun di atas tanah milik mertuanya. Saat membangun rumah, Fitri ikut membantu pelaksanaan pembangunan dengan mengerjakan semua pekerjaan sebisanya, termasuk mengangkat-angkat batu bata serta menyediakan makanan bagi para pekerja.

Fitri menekuni pekerjaan menggarap bordir dan sulam, untuk mukena dan jilbab. Selain itu, ia juga mengikuti kelompok Perempuan Pekerja Rumahan (PPR) yang diketuai Bu Sumiati yang juga merupakan pengepulnya.

Keinginannya untuk mengikuti organisasi perempuan pekerja rumahan terbangun saat di desanya ada kegiatan Bina Desa. Kegiatan ini merupakan kegiatan Bupati yang berkunjung ke desa-desa. Di sana, masyarakat menampilkan hasil dari produk perempuan pekerja rumahan di Sukoanyar.

Kemudian, Fitri bergabung dalam sekolah perempuan pekerja rumahan yang dilaksanakan oleh MWPRI-IWE. Di sekolah ini, dijelaskan pentingnya berorganisasi, gender, advokasi pengetahuan tentang hak asasi manusia dan lain-lain. Hal inilah yang mendorong Fitri untuk aktif terlibat dalam pembentukan kelompok PPR di desanya saat program ILO-MAMPU masuk.

Setelah terbentuk, kiprah Fitri di kelompok PPR semakin besar dan kepercayaan dirinya meningkat. Ia mencoba menerapkan ilmu yang didapatnya dari program ILO-MAMPU dalam kehidupan di rumah tangga. Semua informasi yang didapatkan dari pertemuan kelompok atau pertemuan lainnya, selalu ia bagi kepada suami dan mertuanya. Hal ini membuat suaminya lebih memahami peran dan tugas dalam keluarga, serta menjadi landasan untuk mendorong istrinya lebih aktif dalam berkegiatan di luar rumah.

Perubahan yang Fitri rasakan sebelum dan sesudah mengikuti aktivitas kelompok ini adalah terkait sikap dan pandangannya terhadap suatu usaha. Selama ini suami Fitri mendorong Fitri untuk melakukan usaha-usaha kecil demi menambah kesibukan dan penghasilan. Namun, saat itu Fitri tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mencoba usaha baru. Hingga akhirnya, pada suatu pertemuan kelompok yang mengajar keterampilan pembuatan asesories dari kain flanel, Fitri berani mencoba membuatnya dan menitipkan kepada tetangganya untuk dijual.

Meski penjualannya tidak terlalu berhasil, Fitri tetap menjalani usahanya. Hal itu sudah cukup membuktikan bahwa kepercayaan diri Fitri sudah mulai tumbuh untuk memulai usaha.

 Dilaporkan oleh: Zuhro Rosyidah (Fasilitator Lapangan MWPRI)