Kegiatan

 

Pekerja Rumahan Bahu Membahu Atasi Dampak Ekonomi dari COVID-19

23 Juni 2020
Penulis: Amron Hamdi

Pekerja rumahan merupakan salah satu pekerja yang paling rentan dan tidak terlihat dalam rantai pasok. Meski keberadaannya telah diakui secara internasional melalui ILO, namun di Indonesia pekerja rumahan belum dilindungi dalam undang-undang.

Pekerja rumahan seringkali bekerja keras dalam kondisi yang tidak aman, bekerja berjam-jam, dan tanpa perlindungan hukum atau keamanan kerja, untuk pembayaran yang umumnya jauh di bawah upah yang layak.
Keadaan tersebut diperparah oleh mewabahnya COVID-19 di Indonesia. Menurut catatan Trade Union Rights Center (TURC), salah satu mitra MAMPU dalam penguatan ekonomi perempuan, setidaknya 355 dari 671 orang pekerja rumahan perempuan yang mereka dampingi di beberapa wilayah seperti Jakarta Utara, Sukabumi, Cirebon dan Sukoharjo tidak lagi mendapatkan pekerjaan dari pemberi kerjanya.

Awalnya mereka bekerja di beberapa kegiatan usaha seperti menjahit, mengelem sandal, melipat dan mengelem tas kertas. Di Jakarta Utara sendiri, ada 80 orang pekerja rumahan yang tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali.

Dengan keprihatinan tersebut, Muhayati dan Een sebagai pengurus JPRI Jakarta yang didampingi oleh TURC, mencoba membantu pekerja rumahan yang bekerja membuat tas kertas dengan melakukan advokasi ke pemberi kerja agar mendapatkan bantuan. Hasilnya, pemberi kerja memberikan paket nasi dan ayam bagi para pekerja rumahan.

Selain ke pemberi kerja, Muhayati dan Een juga menghubungi salah satu lembaga filantrofi yaitu Sarah Charity yang selama ini turut mendukung kegiatan pendidikan anak usia dini di wilayah Jakarta Utara. Sarah Charity memberikan bantuan paket sembako berupa beras, telur, minyak goreng dan mie instan bagi 100 orang pekerja rumahan dan sejumlah warga kurang mampu di wilayah tersebut.

Muhayati dan Een juga berinisiatif untuk melakukan sterilisasi di RT mereka. Namun, karena pihak kelurahan belum menyediakan anggaran khusus untuk melakukan penyemprotan di wilayah RT, maka pekerja rumahan berinisiatif menggalang dana untuk membeli cairan disinfektan serta menyewa alat penyemprotan serta menghimbau kepada warga masyarakat untuk tetap di rumah dan mengurangi interaksi sosial.

Setelah anggaran terkumpul dan dibelikan obat disinfektan serta menyewa alat semprot, pekerja rumahan yang tergabung dalam kader posyandu dibantu pihak RT dan kelurahan setempat berkeliling melakukan sterilisasi dengan melakukan penyemprotan disinfektan sekaligus sosialisasi untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran COVID-19.

TURC sendiri juga telah menggerakkan para perempuan pekerja rumahan dalam “Gerakan Masker untuk Semua” di beberapa kota dampingan yakni Cirebon, Sukoharjo, Sukabumi dan Jakarta. Gerakan yang dimulai pada 27 April 2020 lalu ini bertujuan untuk menyediakan masker bagi seluruh lapisan masyarakat terutama para penduduk desa yang lebih sulit mendapatkan masker.

Masker dibuat oleh para pekerja rumahan yang memiliki keterampilan menjahit, dengan standar yang telah ditentukan WHO. Selain membagikan masker, TURC juga mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga tentang tata cara pencegahan COVID-19 dengan membagikan flyer, pemasangan poster, dan pemasangan spanduk di balai desa.