Kegiatan

 

Sekolah Perempuan di Pangkajene Kepulauan Terus Berlayar di Tengah Pandemi

23 Juni 2020
Penulis: Amron Hamdi

Terdapat 18 Sekolah Perempuan (SP) binaan KAPAL Perempuan dan Yayasan Kajian Pemberdayaan Masyarakat (YKPM) di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Sekolah-sekolah ini telah merangkul 507 perempuan di 10 pulau.

Kehidupan anggota SP dan warga masyarakat lainnya di wilayah ini juga tak luput dari dampak pandemi COVID-19. Beragam dampak pandemi COVID-19 yang ditemui di wilayah ini di antaranya: pendapatan para anggota SP turun; karyawan di perusahaan pengolahan kepiting dirumahkan tanpa digaji; KDRT dan kekerasan terhadap anak marak terjadi; dan usaha ekonomi masyarakat miskin seperti penjual sayur keliling, penjual kue dan kios kecil yang terpaksa tutup.

Namun, para anggota SP tidak tinggal diam. Mereka sigap bahu-membahu dengan warga sekitar melakukan berbagai kegiatan, serta secara khusus memperhatikan kebutuhan para perempuan di 10 pulau.

Ketika Status Keadaan Darurat Bencana ditetapkan, para anggota SP mendesak pemerintah desa untuk membentuk Gugus Tugas Percepatan Pencegahan Penularan COVID-19. Gugus Tugas lalu dibentuk dengan beranggotakan pemerintah desa, tenaga kesehatan, dan anggota SP.
Anggota Gugus Tugas bertanggungjawab mendata masyarakat miskin dan usaha ekonomi kecil yang terdampak COVID-19, melakukan disinfektasi fasilitas umum, mengedukasi masyarakat terkait COVID-19, serta membuka posko pemeriksaan di dermaga setiap pulau untuk memantau pergerakan masyarakat dalam dan antar pulau.

Anggota SP terlibat aktif dalam pendataan dan pembagian sembako kepada masyarakat miskin di Desa Mattiro Uleng dan Desa Mattiro Baji. Selain itu, ada pula beragam kegiatan khas perempuan yang dilakukan oleh anggota SP untuk membantu sesama perempuan di pulau.

Pertama, SP di Pulau Sabutung membuka layanan bimbingan belajar (tutor) bagi para ibu yang mendampingi anak mereka mengerjakan tugas sekolah. Kegiatan ini bermula dari aduan anggota SP yang kesulitan mendampingi anak dalam mengerjakan tugas, serta keluhan beratnya biaya tambahan untuk pembelian data internet sekolah daring. Keadaan ini direspon dengan membuka layanan tutor. Ada dua cara yang ditempuh: 1) Tutor mendatangi rumah dan mengajarkan anak dengan memperhatikan protokol kesehatan; 2) Tutor menerima pertanyaan dari para ibu melalui aplikasi WhatsApp, lalu memberikan dampingan dalam mengerjakan tugas tersebut via WhatsApp. Tutor juga bisa membantu mengirimkan tugas kepada guru sehingga anak-anak tidak membutuhkan kuota internet terlalu banyak. SP menyiapkan 5 orang tutor yang membantu 17 anak anggota SP.

Kedua, membuka jasa titip gratis bagi masyarakat yang ingin berbelanja di daratan. Anggota SP yang akan ke daratan untuk membeli kebutuhan sehari-hari akan menerima daftar belanja titipan dari perempuan lain dan membantu membelikannya. Pihak yang menitip hanya membayar biaya belanjaannya saja dan tidak membayar biaya transportasi perahu dan ojek. Ini sangat membantu para ibu di pulau di saat situasi sulit seperti ini.

Ketiga, membuat masker kain. Para ibu dan remaja anggota SP yang memiliki keahlian menjahit, membuat masker dan dibagikan gratis ke masyarakat miskin, lansia dan disabilitas. Pada saat pembagian masker juga diberikan surat edaran dari SP yang menjelaskan tentang COVID-19, cara pencegahan, penularan, dan nomor-nomor kontak anggota SP yang bisa dihubungi bila ada pertanyaan terkait COVID-19 serta cara memakai, membuka dan mencuci masker. Saat ini telah ada 500 masker yang dibagikan ke masyarakat di 10 pulau.

Keempat, membantu penyaluran donasi berupa paket sembako dan uang tunai di wilayah kepulauan. Anggota SP menerima donasi dari beberapa pihak yaitu Ibu Saparinah Sadli, kitabisa.com dan KAPAL Perempuan. Paket bantuan telah didistribusikan kepada 80 kepala keluarga miskin di 10 pulau.

Kelima, membantu masyarakat miskin menuntut token listrik gratis. Para anggota SP membaca berita dan mencari tahu tata-cara mengajukan permintaan token listrik gratis melalui internet. Setelah berhasil mencobanya ke meteran listrik sendiri, mereka lalu segera membantu masyarakat miskin lainnya agar dapat menikmati token listrik gratis dari pemerintah. Ada 450 rumah masyarakat miskin yang telah menikmati listrik gratis ini di 10 pulau.

Terakhir, membuka ruang diskusi melalui telepon, SMS, WhatsApp dan Zoom terkait COVID-19. Beberapa tema diskusi yang diangkat antara lain tentang COVID-19, cara pencegahan, penularan, mengenal berbagai makanan bergizi di pulau yang dapat meningkatkan imun tubuh, pendampingan kepada masyarakat yang mengalami KDRT, serta mengupas berita-berita hoaks tentang COVID-19.

Dalam keadaan sulit seperti ini, Sekolah Perempuan Pulau terus berlayar, bahu-membahu melawan COVID-19.