Cahaya Perempuan WCC Adakan Karnaval Baju Adat untuk Peringati 16 HAKTP

Sebagai salah satu rangkaian kegiatan untuk memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) yang telah dilakukan pada 24 November lalu dengan tema “Lindungi Perempuan dari Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak”, Cahaya Perempuan Women’s Crisis Center (WCC) dan bersama Forum Perempuan Akar Rumput (FKPAR) provinsi Bengkulu mengadakan karnaval baju adat pada Jumat (25/11).

Dalam karnaval tersebut FKPAR provinsi Bengkulu dampingan Cahaya Perempuan menyuarakan beberapa hal yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan perempuan di Bengkulu. Pertama, mereka meminta Pemerintah Daerah (PEMDA) dan DPRD di kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Seloma untuk mendorong lahirnya kebijakan – kebijakan yang melindungi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) terutama implementasi dari Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2014. Kedua, mereka meminta komitmen pemerintah untuk menyuarakan dan memperjuangkan anggaran daerah untuk menjamin tersedianya anggaran untuk Jaminan Kesehatan Nasional-Penerima Bantuan Iuran (JKN-PBI) dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak  (P2TP2A) yang berkelanjutan. Ketiga, memastikan adanya pembaharuan data orang miskin yang dibuat secara partisipatif, untuk memastikan semua orang miskin menjadi peserta JKN – PBI.

Diharapkan juga kelompok perempuan bisa mengakses dana sebesar 5 – 10% dari Anggaran Dana Daerah (ADD) untuk pemberdayaan perempuan dan dapat mengejar fasilitas paket A, B dan C untuk memastikan para perempuan memenuhi syarat untuk duduk dalam pengambilan keputusan.

Melalui permintaan tersebut, diharapkan kesejahteraan perempuan pedesaan, perempuan miskin dan perempuan akar rumput dapat segera terwujud.

 

Dilaporkan oleh: Tety Sumeri (Cahaya Perempuan WCC)

Kampanye di Bengkulu Perangi Kekerasan terhadap Perempuan lewat Pengubahan Pola Pikir

Bertepatan dengan peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP) tahun 2016, Cahaya Perempuan Women’s Crisis Center (WCC) bersama Forum Perempuan Akar Rumput (FKPAR) provinsi Bengkulu menyelenggarakan serangkaian kegiatan di kota Bengkulu untuk melawan bentuk pemiskinan dan kemiskinan yang berakibat pada kekerasan terhadap perempuan khususnya kekerasan seksual dan perkawinan anak.

Acara yang berlangsung dari 24 November hingga 25 November ini bertajuk “Lindungi Perempuan dari Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak” ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan kesadaran bersama akan pentingnya kekuatan dan agenda kolektif perempuan akar rumput untuk keluar dari pemiskinan perempuan.

Beberapa agendanya adalah mengenalkan jenis – jenis kelompok dampingan, memberikan pemahaman akan peran dan fungsi masing – masing jenis kelompok FKPAR serta memperkenalkan arena perjuangan bersama Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) di FKPAR. Diharapkan juga melalui acara ini pengetahuan dan kesadaran FKPAR provinsi Bengkulu terbentuk, terutama mengenai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam upaya pemenuhan dan perlindungan hak – hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Bengkulu, dr. drh. H. Rohidin Mersyah, M.MA menyampaikan beberapa  poin penting terkait strategi bersama dalam melawan pemiskinan perempuan.

“Kita tidak hanya membicarakan bagaimana harusnya mengatasi soal kemiskinan perempuan, tapi juga mengubah pola pikir masyarakat agar memahami makna berkeadilan sosial. Pemahaman tersebut dapat membuka kesempatan pada perempuan untuk meningkatkan status sosial mereka,” ujar Rohidin. Beliau juga menyampaikan bahwa isu gender bukanlah isu barat dan tidak bertentangan dengan agama terutama islam, sehingga kita harus berpikiran terbuka dalam memahami isu tersebut.

Rohidin menambahkan pentingnya melibatkan laki-laki dalam program pemberdayaan perempuan agar laki – laki dapat memahami perannya dalam pembangunan nasional. Dengan melibatkan laki-laki, Ia berharap masyarakat dapat berupaya bersama untuk membongkar budaya partriarki agar angka kekerasan terhadap perempuan  menurun. Usaha ini harus dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga.

Acara yang diadakan selama dua hari ini diisi dengan peluncuran usaha ekonomi perempuan mandiri kabupaten Seluma dan kota Bengkulu, diskusi panel yang melibatkan Dinas Kesehatan kota Bengkulu, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPA) dan Cahaya Perempuan WCC. Tidak lupa diadakan tontonan yang menghibur seperti karnaval baju adat dan pemotongan nasi kunyit untuk perayaan hari jadi Cahaya Perempuan WCC yang ke-17.

 

Dilaporkan oleh: Tety Sumeri (Cahaya Perempuan WCC)