Seorang Bapak sedang Membuat Keramba Kepiting

“Selain sebagai petani, usaha tambahan kami dari hasil laut seperti  kepiting ini untuk menambah pendapatan ekonomi juga, tidak memadai.  Akhirnya mencari jalan keluar untuk mencari pekerjaan di rantau (buruh migran).”

Fotografer:

Clara Belae, ibu dengan 4 anak ini pernah bekerja sebagai buruh migran di Malaysia selama setahun. Ketidaklengkapan dokumen memaksanya kembali ke kampung halamannya di Desa  Beutaran, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT.  Clara sekarang aktif sebagai kader posyandu dan dalam kelompok buruh migran Gleri. Ia mengaku senang berpartisipasi dalam kelompok ini karena bisa kumpul dengan teman-teman, berbagi pengalaman dan mendapatkan informasi baru.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: WC Rusak yang Butuh Perhatian

“Jangankan sebuah rumah, membangun WC saja kami tidak mampu, sehingga kami harus bekerja sebagai PRT di luar negeri untuk mewujudkan impian tersebut”

Fotografer:

Emiliana Wae Balawala, kerap disapa Ena, tinggal di Desa Tagawiti, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT. Kelahiran 5 Januari 1982 yang hobby nonton film ini, selain menjalani aktifitas mengurus rumah tangga dan ladang pertanian, juga seorang kader yang mengorganisir kelompok buruh migran Oto Sela dengan usaha unggulan tenun ikat khas Lembata.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Anakku Sayang, Anakku Malang

“Nasib anak yang malang. Dia mendapat perlakuan yang kurang baik.  Anak ini ditinggal pergi oleh orang tuanya ke luar negeri untuk mencari nafkah, guna memperbaiki kehidupan keluarga yang lebih baik.”

Fotografer:

Emiliana Wae Balawala, kerap disapa Ena, tinggal di Desa Tagawiti, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT. Kelahiran 5 Januari 1982 yang hobby nonton film ini, selain menjalani aktifitas mengurus rumah tangga dan ladang pertanian, juga seorang kader yang mengorganisir kelompok buruh migran Oto Sela dengan usaha unggulan tenun ikat khas Lembata.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran. Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember). Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Tiada Pilihan

“Seorang pemulung memiliki 4 orang anak, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Karena kemiskinan, semua anaknya memutuskan untuk menjadi buruh migran.”

Fotografer:

Tika adalah mantan buruh migran di Saudi Arabia selama 2,5 tahun. Tika sempat mendapat- kan perlakuan buruk oleh majikan dan tidak digaji selama 15 bulan. Kini ia  aktif menjadi motivator untuk kelompok buruh migran di kelurahan Gerunung, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Galau

“Seorang yang sedang mengalami kebingungan. Kondisi ekonomi yang kurang (miskin) membuat dia berniat menjadi buruh migran. Tetapi dia belum bisa memutuskan pergi atau tidak, karena keadaan orang tuanya yang sedang sakit.”

Fotografer:

Aswari (21 tahun) mengikuti pelatihan Photo Voice karena memiliki keinginan untuk mengambil foto di masyarakat. Pengambilan foto-foto buruh migran membuat Wari ingin lebih mendalami kondisi dan masalah mereka yang ada di desanya.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran. Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Sekarang menjadi Peternak

“Sepulang dari Malaysia, bapak ini mengembangkan usahanya sebagai peternak sapi, dan sebagian hasil dari Malaysia juga digunakan untuk membangun rumahnya.”

Fotografer:

Rohanah adalah keluarga buruh migran yang sehari-hari bekerja sebagai staf tata usaha (honorer) sekolah dan ikut aktif dalam kelompok pemerhati buruh migran di desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Pasang – Surut

“Di negeri orang, buruh migran bisa mudah mendapatkan penghasilan. Tetapi di negeri sendiri, mereka sulit mendapatkan pekerjaan. Ini ibarat ombak di lautan yang mengalami pasang-surut.”

Fotografer:

Erlina Mardiana, 31 tahun. Karena keadaan ekonomi, pada tahun 2006 ia mendaftar menjadi buruh migran ke Saudi Arabia. Selama di Riyadh, Diana bekerja nyaris tanpa istirahat, dan tetap bertahan demi keluarga. Pulang ke Lombok, ia membuka warung dan saat ini aktif di kelompok BMP Cerah Ceria, Kelurahan Gerunung, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran. Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Hanya Menanti Kiriman

“Sempitnya pengetahuan dan tidak adanya bimbingan keterampilan, mantan dan keluarga buruh migran tidak tahu harus bekerja apa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara menunggu kiriman datang dari luar negeri. Padahal masih banyak potensi-potensi alam di sekitarnya yang bisa dijadikan lahan pekerjaan mereka.”

Fotografer:

Indra adalah ibu rumah tangga, kini ikut berperan dan menjadi motivator dalam kelompok pemerhati buruh migran di Desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Kacang Tanah

“Pada dasarnya kehidupan kami di desa Dulitukan adalah petani, atau bercocok tanam. Salah satu yang kami tanam adalah kacang tanah.  Karena curah hujannya tidak menentu, hasil ini tidak memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Dengan keterbatasan ekonomi ini, terpaksa harus menjadi buruh migran karena pulang akan merubah nasib hidup.”

Fotografer:

Martina Lipat, akrab disapa Mama Lipat, memiliki pengalaman merantau pada tahun 1988 sebagai PRT di Malaysia. Setelah 10 tahun merantau, tahun 1998 Mama Lipat memutuskan untuk pulang dan melanjutkan kehidupan di Desa Dulitukan, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, bersama suaminya Simon Semadu. Memiliki 1 putri dan 2 putra tidak menghalangi ibu kelahiran 4 Februari 1969 ini untuk terlibat dalam berbagai kegiatan di desa, termasuk menjadi ibu PKK, kader posyandu, dan aktif dalam keanggotaan komunitas buruh migran Sonata di desanya.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Masa Kecil yang Ceria

“Beberapa anak sedang menikmati memancing sambil bermain dengan teman sebayanya pada sore hari di pinggiran sungai. Mereka memancing sambil bersenda gurau tanpa beban kehidupan, tanpa adanya kenyataan pahit hidup sebagai anak buruh migran. Walaupun dengan kesulitan yang dihadapi orang tuanya di luar negeri, tidak menghalangi keceriaan dan kebahagiaan masa kecilnya bermain bersama teman-temannya.”

Fotografer:

Nurul (24 tahun) ialah anak dari seorang mantan buruh migran. Kedua saudaranya juga pergi ke negeri orang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Sebagai bagian dari keluarga buruh migran, Nurul sekarang menjadi salah satu pengurus Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) yang sudah menangani pengaduan kasus di desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.