Ratapan Anak Buruh Migran

“Betapa seorang anak yang lagi merindukan kasih sayang dari ibunya. Ternyata uang hasil menjadi buruh migran di Arab Saudi tidak bisa menggantikan kasih sayang ibunya.”

Fotografer:

Indra adalah ibu rumah tangga, kini ikut berperan dan menjadi motivator dalam kelompok pemerhati buruh migran di desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Pupusnya Harapan

“Gambaran buruh migran yang mendapat musibah di negeri jiran Malaysia. Dia mengalami patah kaki dan cacat, lalu akhirnya dipulangkan ke Indonesia. Saat ini kondisinya tidak bisa bekerja. Sehingga, dia belum tahu kapan harapan untuk memiliki rumah sendiri bisa terwujud.”

Fotografer:

Erlina Mardiana, 31 tahun. Karena keadaan ekonomi, pada tahun 2006 ia mendaftar menjadi buruh migran ke Saudi Arabia. Selama di Riyadh, Diana bekerja nyaris tanpa istirahat, dan tetap bertahan demi keluarga. Pulang ke Lombok, ia membuka warung dan saat ini aktif di kelompok BMP Cerah Ceria, kelurahan Gerunung, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Usaha Bakulan

“Dari hasil menjadi buruh migran di Malaysia, ibu ini berjualan sayur-sayuran keliling menggunakan bakulan dan hasilnya berjualan lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.”

Fotografer:

Rohanah adalah keluarga buruh migran yang sehari-hari bekerja sebagai staf tata usaha (honorer) sekolah dan ikut aktif dalam kelompok pemerhati buruh migran di desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Migrasi Buruh Tani

“Keadaan masyarakat di desa Darek mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh tani. Dengan keadaan tanah yang mengandalkan air hujan menyebabkan proses panen padi hanya terjadi dua kali dalam setahun. Hal ini menyebabkan perekonomian masyarakat sangat rendah, sehingga mereka susah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut mendorong banyak masyarakat bekerja sebagai buruh migran, dengan harapan untuk bisa memperbaiki hidup menjadi lebih baik lagi.”

Fotografer:

Sumayatus Sahidah, sering dipanggil Sum, ialah seorang guru honorer di salah satu SMA di Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah. Dimulai dari keterlibatannya dalam          pendataan buruh migran di Desa Darek, Sum semakin memahami kondisi buruh migran dan        terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Desbumi. Saat ini, Sum menjadi salah satu kader Desbumi di Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

Merenungi Nasib

“Seorang mantan buruh migran yang sedang merenungi nasib. Dia pernah menjadi buruh migran ke Malaysia, tetapi saat ini tetap saja menjadi buruh tani di desa sendiri. Tidak ada perubahan hidup seperti yang diharapkan.”

Fotografer:

Indra adalah ibu rumah tangga, kini ikut berperan dan menjadi motivator dalam kelompok pemerhati buruh migran di desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Sarjana Kebanggaan Ayahku

“Saya adalah anak seorang buruh migran. Ayah saya bekerja ke luar negeri untuk bisa membiayai pendidikan 4 orang anaknya. Dulu, ayah mempunyai cita-cita menjadi sarjana, namun tidak bisa tercapai; dan saat ini keinginan ayah terwujud melalui gelar sarjana yang saya raih. Ini adalah kebanggaan yang diidam-idamkan oleh ayahku.”

Fotografer:

Sofiani (23 tahun), sering dipanggil Opi, adalah anak dari buruh migran yang sudah berkali- kali bekerja ke luar negeri. Sejak lahir, Opi sudah terbiasa hanya ditemani oleh ayahnya selama 1 bulan dalam setahun. Saat ini, ia menjadi tenaga pengajar honorer di sekolah dasar dan terlibat aktif di pemberdayaan buruh migran di desa Gerunung, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

PhotoVoice: Bangun Kesadaran Kespro melalui Karnaval

“Karena banyak cara untuk membangun kesadaran masyarakat. Kenapa tidak menyuarakan 5 isu Kespro melalui karnaval ? Hasilnya seru-seruan di karnaval desa Jatinom, sekaligus mengedukasi”

Fotografer

Elya Muschabiati, Pendamping Lapangan ‘Aisyiyah Blitar. Foto oleh Elya ini, diambil saat pelaksanaan Karnaval di Desa Jatinom, Kabupaten Blitar pada 4 September 2016.

PhotoVoice: Semangat Perjuangan

“Bentuk semangat dan kerja keras mantan dan keluarga buruh migran serta paralegal untuk memperjuangkan perlindungan terhadap hak-hak buruh migran yang selama ini dirasa tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah. Dengan keadaan cuaca yang sangat terik, tidak sedikitpun mengurangi niat dan semangat mereka untuk memperjuangkan perlindungan terhadap seluruh buruh migran dari proses perekrutan sampai kepulangan. Mereka berharap jika ada masalah yang dihadapi agar segera ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang.”

Fotografer:

Sumayatus Sahidah, sering dipanggil Sum, ialah seorang guru honorer di salah satu SMA di Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah. Dimulai dari keterlibatannya dalam pendataan buruh migran di Desa Darek, Sum semakin memahami kondisi buruh migran dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Desbumi. Saat ini, Sum menjadi salah satu kader Desbumi di Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT. Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran. Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember). Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

SARI Dampingi Pertemuan Rutin Kelompok BMI di Wonosobo, Jawa Tengah

Pada 14 – 16 September 2016, SARI, salah satu mitra Migrant CARE mengadakan kegiatan pendampingan bagi pertemuan rutin kelompok Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ada di Wonosobo. Pendampingan ini merupakan bagian dari penguatan organisasi atau kelompok yang dilakukan SARI setiap bulannya.

Pertemuan atau diskusi rutin kelompok membahas berbagai hal maupun mengadakan kegiatan pelatihan atau praktik keterampilan bagi anggota kelompok. Selain itu, mereka juga membahas tentang masukan, saran, serta penyampaian kemajuan kelompok. Diharapkan, dengan pertemuan ini para anggota maupun aparat desa semakin terbuka dan meningkat pemahamannya terkait migrasi aman.

Salah satu pendampingan yang dilakukan SARI yaitu pada pertemuan rutin Kelompok BMI Muiwo yang dilaksanakan di Balai Desa Lipursari, Kecamatan Leksono. Pertemuan ini dihadiri oleh anggota kelompok, Kepala Desa Lipursari, serta Koordinator program dan staff SARI.

Pendampingan juga dilakukan di Kelompok Bumi Sejati, Desa Rogojati, Sukoharjo yang melakukan pelatihan dan praktik pembuatan tempe Inoku. Di Kelompok Migran Bijak Mergosari (MBM) Desa Mergosari, Kecamatan Sukoharjo, dilakukan perkenalan dengan anggota baru yang memiliki kreatifitas membuat tas dari tali kur. Adapun di kelompok BKM Desa Kuripan, Kecamatan Watumalang membahas tentang rencana kegiatan oleh pengurus baru. Sedangkan di Kelompok Sindu Bumi, Desa Sindu Paten, Kecamatan Kertek, dilakukan diskusi kelompok.

Dilaporkan oleh: Tri Widiyanto (SARI)

Hitam – Putih Kehidupan

“Semua buruh migran memiliki harapan untuk sebuah kebahagiaan. Mereka membulatkan tekad dan pikirannya untuk berada di bawah perintah majikan, walaupun penganiayaan, pelecehan seksual, dan berbagai macam tekanan diterimanya. Sebenarnya mereka bisa lari dari masalah tersebut, tetapi mereka tetap bertahan dengan keadaannya, demi keluarga yang dicintai. Ibarat matahari yang tetap bersinar walau tertutup awan hitam.”

Fotografer:

Aswari (21 tahun) mengikuti pelatihan Photo Voice karena memiliki keinginan untuk mengambil foto di masyarakat. Pengambilan foto-foto buruh migran membuat Wari ingin lebih mendalami kondisi dan masalah mereka yang ada di desanya.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT. Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran. Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.