Cerita

WCC Cahaya Perempuan Gunakan Panggung Budaya untuk Sosialisasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi

31 Desember 2016
Penulis: admin

Women’s Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan membina kelompok perempuan yang bernama “Impian Perempuan”, dengan anggota 20 orang dan diketuai oleh Karmini (47). Kelompok ini mempunyai kegiatan rutin setiap bulannya. Setiap pertemuan diisi dengan diskusi dan penyuluhan tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dengan menghadirkan narasumber kompeten. Beberapa kegiatannya didukung oleh Program MAMPU.

Setiap pertemuan tak hanya diisi dengan diskusi HKSR, ada kegiatan lainnya yang mendukung produktivitas mereka. Misalnya, pengolahan sampah daur ulang menjadi kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomi. Contohnya, membuat tas dan barang-barang yang biasa digunakan sehari-hari dari bungkus makanan atau kemasan lainnya. Selain itu, Kelompok Impian Perempuan juga menyelenggarakan koperasi simpan pinjam. Setiap peserta menyerahkan uang simpanan pokok dan sukarela. Setiap peserta bisa meminjam uang sesuai kebutuhannya.

Sarimawati (35), Wakil Ketua Kelompok mengungkapkan bahwa adanya Program MAMPU pada kegiatan Kelompok Diskusi rutin Kelompok Impian Perempuan sangat membantu dalam memberikan pemahaman terhadap HKSR sehingga peserta diskusi dapat menyalurkan kembali ilmu yang didapat kepada orang lain yang tak sempat mengikuti diskusi. Hal ini dibenarkan oleh Lilis Suryani (43), bahwa kondisi daerah di wilayah kerja Impian Perempuan sedang darurat pernikahan dini.

“Banyak remaja yang terpaksa menikah karena pergaulan seks bebas. Maka Program MAMPU sangat tepat dijalankan di sini karena menjadi wadah untuk konseling, penyuluhan dan advokasi,” ujar Lilis.

Karmini juga mengungkapkan bahwa sosialisasi HKSR di Kelompok Impian Perempuan tak hanya dilakukan dalam diskusi, tetapi juga disampaikan melalui Panggung Budaya. Panggung Budaya yang dimaksud adalah setiap ada acara-acara seperti pesta pernikahan, Pesta Khitanan, acara hajatan dan pemerintahan atau organisasi yang melibatkan unsur budaya sebagai hiburan, Kelompok Impian Perempuan kerap memanfaatkan acara tersebut untuk menyisipkan isu HKSR.

“Misalnya, jika ada hajatan apapun suka ada hiburan musik tradisonal atau modern, kami ikut menyumbang hiburan menyanyi dengan lirik lagu berisi pesan moral terkait HKSR. Sehingga para undangan yang mendengarnya penasaran dan menelaah isi lagu kami tersebut,” kata Karmini.

Untuk mengisi Panggung Budaya tersebut, biasanya mereka bekerjasama dengan penyelenggara acara atau event organizer. Lagu-lagu yang dinyanyikan selain  lagu yang diubah liriknya, mereka pun mempunyai lagu ciptaan sendiri dengan isi pesan-pesan yang membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya HKSR.

“Sosialisasi HKSR melalui hiburan Panggung Budaya, akan lebih menarik perhatian dibanding hanya melalui penyampaian pada penyuluhan. Kami berkomitmen jika ada acara pesta dan lain sebagainya, akan kami manfaatkan untuk bekerjasama dengan penyelenggara terhadap sosialisasi HKSR melalui acara hiburannya,” pungkas Karmini.