Cerita

Kelompok Harapan Perempuan Edukasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Bengkulu

9 Mei 2018
Penulis: admin

Suhartini adalah Ketua Kelompok Harapan Perempuan, salah satu kelompok perempuan binaan Women’s Crisis Centre (WCC) Cahaya Perempuan di Desa Sumber Urip, Rejang Lebong Bengkulu. WCC Cahaya Perempuan adalah salah satu mitra MAMPU yang mendukung penyadaran pentingnya Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) bagi perempuan terutama di daerah Bengkulu. Suhartini cemas melihat tingkat kekerasan seksual dan KDRT semakin tinggi dari tahun ke tahun. Ditambah pernikahan dini yang semakin marak karena kurangnya pemahaman tentang pendidikan seksual serta kemerosotan ekonomi yang kian menjadi.

Masuknya Program MAMPU yang mulai efektif berjalan sejak Februari 2015, sangat membantu dalam memberikan wadah kegiatan untuk mengumpulkan masyarakat Desa Sumber Urip, Rejang Lebong, Bengkulu. Melalui Kelompok Harapan Perempuan yang berjumlah dua puluh orang anggota ini, kegiatan rutin dalam setiap pertemuannya adalah arisan, koperasi simpan pinjam dan diskusi tentang isu HKSR. “Program MAMPU sangat membantu kami dalam proses memperkuat pemahaman tentang HKSR melalui anggota di Kelompok Harapan Perempuan, sehingga anggota kelompok bisa menyebarkan ilmu yang didapat dari hasil pertemuan kelompok ke tetangga atau saudara-saudaranya.” Ujar Suhartini.

Diskusi kelompok tentang HKSR biasanya mencakup cara memilih alat kontrasepsi (Keluarga Berencana) yang cocok, tentang penularan HIV dan mengulas tentang kesetaraan gender. Suhartini selain aktif dan menjadi ketua di Kelompok Harapan Perempuan juga aktif di Kegiatan PKK, PNPM dan PMI. Suhartini pun mengatakan bahwa Ia kerap dilibatkan dalam rapat desa dan dilibatkan dalam forum-forum diskusi pejabat di daerahnya terkait isu perempuan. Dalam waktu dekat ini, Ia dan beberapa pemangku kepentingan sedang mendiskusikan rumusan peraturan daerah tentang perlindungan terhadap isu perempuan. Selain aktif dalam kelompok perempuan, Ia pun membantu suami dengan berjualan dan bertani sayur.

“Dalam waktu dekat, Kelompok harapan Perempuan sudah mengagendakan kegiatan ekonomi kreatif dalam setiap pertemuan rutin, misalnya membuat kerajinan dari kain perca dan daur ulang sampah agar mempunyai nilai.”  tambah Suhartini.

Kelompok Harapan Perempuan sebagian anggotanya adalah Bidan Desa. Para Bidan Desa ini berperan sangat penting terhadap layanan HKSR di Desa Sumber Urip. Salah satunya adalah Nyai Sri Fatmawati (30) Bidan Desa, akrab dipanggil Bidan Nyai. Ia membuka layanan klinik di rumah pribadinya, setiap saat selalu siaga menolong masyarakat yang membutuhkan. Bidan Nyai juga kerap menjadi berbagi dalam memberikan wawasan tentang kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi di Kelompok Harapan perempuan. Selain melakukan layanan kesehatan, Bidan Nyai juga menjadi Tim Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Ia dan tim Sibat mengumpulkan berbagai informasi terkait cuaca, penyakit yang banyak mewabah, melakukan simulasi pencegahan bencana dan menyediakan peta jalur evakuasi. Sibat diadakan di Desa Sumber Urip karena desa tersebut dikelilingi Gunung Kaba, gunung berapi yang masih aktif. “Dalam setiap diskusi kelompok, selain masyarakat diberikan materi tentang HKSR dan Kepemimpinan Perempuan, mereka juga diberikan penyuluhan ekonomi kreatif dan simulasi pencegahan bencana, agar masyarakat selalu siaga dan jika sewaktu-waktu terjadi bencana, semua tidak kaget dan siap menyelamatkan diri.”  Bidan Nyai memberikan penjelasan.

Menurut Mardiana (31) selaku pimpinan Puskesmas di Kecamatan Selupu Rejang, layanan HKSR di Kabupaten Rejang Lebong sudah cukup baik pelaksanaannya, didukung dengan beberapa klinik yang tersebar di setiap dusun. Layanan HKSR mencakup advokasi, konseling dan upaya pemberdayaan perempuan dalam ekonomi kreatif serta pemahaman tentang kesetaraan gender. “Di Desa Sumber Urip sendiri, ada empat klinik yang siap melayani masyarakat, di dalamnya mencakup layanan klinik bersalin dan layanan rawat inap.” Ujar Mardiana.

Mardiani (44) salah satu anggota dari Kelompok Harapan Perempuan, mengatakan bahwa pemahaman masyarakat di Rejang Lebong terhadap HKSR mengalami banyak kemajuan dan mulai mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. “Ini adalah perubahan berarti dari seringnya diadakan penyuluhan terkait isu HKSR, terutama setelah kehadiran Program MAMPU, yang menjadi ujung tombak sosialisasi, karena pihak-pihak berkepentingan berkesempatan untuk turun langsung ke akar rumput dalam penyampaian berbagai informasi yang bermanfaat bagi mereka.” Kata Mardiani.

Kiprah Mardiani sebagai Komandan Sibat PMI dan Keua Tani ini, ingin terus mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk membina sesama anggota di Kelompok Harapan Perempuan yang diharapkan dapat menyebarluaskan wawasan dan sosialisasi HKSR dan berbagai isu terkait perempuan, agar perempuan di sekitarnya mengalami kemajuan.

Suhartini dan para anggota Kelompok Harapan Perempuan terus melakukan pengkaderan dan melibatkan anak muda agar misi untuk memajukan perempuan di desanya tercapai dengan baik. Ia dan seluruh anggota merasa bersyukur bahwa kegiatan dan gerakannya dalam menyebarkan manfaat terkait isu HKSR dan program penanggulangan bencana dinaungi pihak berwenang, misalnya pemerintah desa dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Jadi, apapun gerakan kami, tak berjalan di luar jalur serta tak berjalan sendiri, semuanya dilindungi dan aspirasi kami benar-benar ditampung dan diaplikasikan. Koordinasi lancar dan saling memberi feedback. Saya berharap Program MAMPU di desa kami terus berjalan karena sebagai sarana yang tepat untuk komunikasi yang menjangkau akar rumput.”Pungkas Suhartini.