KPI Gelar Catatan Awal Tahun Sebagai Tolak Ukur Perjuangan Kesetaraan Gender

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) dengan dukungan Program MAMPU menggelar diskusi dengan tajuk Refleksi 2016 dan Catatan Awal Tahun 2017: Menjaga Kebhinekaan, Demokrasi dan Perdamaian, Tantangan Serius Bagi Indonesia 2017 di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat pada Selasa (24/01). Acara ini bertujuan sebagai tolak ukur perjuangan kesetaraan gender di tahun 2017.

Sekretaris Jendral KPI Dian Kartika Sari, Ketua Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Musdah Mulia dan akademisi Dirga Ardiansah hadir sebagai pembicara utama. Dalam acara in, KPI mengutarakan bahwa banyak ketimpangan yang dihadapi oleh kaum perempuan. Beberapa sektor yang disoroti adalah di bidang politik, ekonomi dan sosial.

Di bidang politik, isu-isu terhadap hak perempuan banyak diabaikan. Lebih banyak isu-isu mengenai suku, agama dan ras (SARA) yang disorot. Sangat diperlukan undang-undang pemilihan umum baru yang menjamin hak-hak wanita.

Di bidang ekonomi, banyak kritik yang muncul dikarenakan alokasi dana desa yang meningkat tahun ini. Namun, hal ini dipandang justru dapat dimanfaatkan oleh kaum perempuan. Asalkan penggunaanya tepat sasaran, akan sangat dimungkinkan hak-hak masyarakat terutama perempuan dapat terjamin. Diharapkan melalui peningkatan infrastruktur desa kebutuhan warga dapat terpenuhi.

Terkait dengan hal ini, Dian Kartika Sari sangat mengapresiasi usaha pemerintah dalam mengesahkan undang-undang yang berpihak pada hak-hak perempuan.

“Tahun ini ada dua undang-undang yang berpihak pada perempuan yaitu UU disabilitas dan UU perlindungan petani, nelayan dan petambak garam. Hal ini mencakupi perempuan nelayan, perlindungan dan pemberdayaan serta rumah tangga mereka,” jelas Dian.

Selain itu, KPI juga membahas ketimpangan perlindungan sosial yang menyulitkan posisi perempuan.

“Masih terjadi inkonsistensi pemerintah dalam kebijakan perlindungan sosial,” ujar Dian.

Pada prakteknya, pemerintah dihadapkan pada beberapa tantangan dalam menerapkan kebijakan perlindungan sosial yang komprehensif. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi salah satu contohnya. Pendataan JKN yang belum tertata dengan baik menyebabkan program ini belum tepat sasaran.

Program-program perlindungan sosial ini juga dirasakan kurang memperhatikan keterlibatan perempuan. Perempuan dan masyarakat miskin tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai kebijakan program perlindungan sosial yang selama ini telah dicanangkan. Hal ini mengakibatkan perempuan dan masyrakat miskin belum dapat berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi program.

Diharapkan catatan-catatan penting dalam perjuangan kesetaraan gender ini juga dapat digunakan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang.

Kelompok Konstituen Bunda Gunakan Dana Desa di Tana Toraja untuk Pemberdayaan Masyarakat

Dana Desa adalah dana yang diperuntukkan bagi Pemerintah dan Masyarakat Desa dalam membiayai pelaksanaan pembangunan di wilayahnya. Dana tersebut dapat digunakan dalam semua aspek, seperti pemberdayaan masyarakat (peningkatan sumber daya manusia serta ekonomi) maupun pembangunan insfrastruktur. Hal ini dilakukan dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah air, sehingga pembangunan yang berkeadilan tidak menjadi slogan semata.

Lembang (nama lain dari Desa) Buntu Datu di Mengkendek, Tana Toraja, Sulawesi Selatan adalah salah satu dari 15 Lembang wilayah program dampingan MAMPU‐BaKTI, di mana di dalamnya terbentuk Kelompok Konstituen (KK) Bunda.

Untuk optimalisasi pemanfaatan Dana Desa, khususnya untuk program pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Lembang bersama Badan Permusyawaratan Lembang Buntu Datu melaksanakan Musyawarah Lembang (MUSLEM) pada 21 November 2016, bertempat di Kantor Lembang Buntu Datu. Musyawarah ini turut mengundang para Kepala Kampung, tokoh-tokoh Masyarakat serta kelompok-kelompok masyarakat yang ada di wilayahnya, salah satu di antaranya adalah Kelompok Konstituen Bunda.

Dalam Muslem, Kepala Lembang menyampaikan, “Dana Lembang sesuai dengan aturannya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Untuk penggunaan dana lembang di bidang pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui kelompok. Karena itu, setiap masyarakat yang mau terlibat dalam program pemberdayaan, harus menjadi anggota kelompok.”

Kepala Lembang berharap agar semua masyarakat menjadi anggota kelompok, kemudian bersama‐sama mengawal program pemberdayaan tersebut agar manfaatnya bisa dirasakan semua masyarakat.

Untuk mendapat bantuan, kelompok wajib mengajukan usulan dan membuat proposal dan anggaran sederhana, tetapi harus jelas kegiatan dan berapa anggarannya serta siapa saja anggotanya. Kelompok-kelompok yang terbentuk harus disahkan oleh pemerintah Lembang. Karena hal ini terkait dengan penggunaan uang negara, jangan sampai bantuan-bantuan yang diberikan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

“Jadi segera bentuk kelompok dan buat proposal. Minta bantuan kepada kelompok yang sudah berpengalaman dalam membuat proposal”, tegas Kepala Lembang.

Kelompok Konstituen Bunda Akses Dana Desa

Pembentukan KK Bunda disahkan melalui Surat Keputusan Kepala Lembang Buntu Datu. Venny Thomas Tatto, terpilih sebagai ketua KK Bunda ini. Ia juga menjadi Ketua Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Tana Toraja dalam pemilihan pengurus pada Desember 2016 yang lalu.

Dengan terbitnya Surat Keputusan Kepala Lembang, maka segala aktivitas dan program/ kegiatan kelompok senantiasa dikoordinasikan kepada Pemerintah Lembang. Karena KK Bunda telah tercatat sebagai organisasi resmi di Lembang Buntu Datu, maka Pemerintah Lembang melibatkan KK Bunda dalam berbagai kegiatan Pemerintah Lembang, seperti kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), Musyawarah Desa (Musdes) dan rapat‐rapat lembang lainnya.

Dalam mengakses Dana Desa, Kelompok Konstituen Bunda membuat usulan melalui Proposal narasi dan anggaran. Proposal diverifikasi terlebih dahulu sebelum disetujui, lalu kelompok mengawal proses dari usulan mereka dengan menanyakan apakah ada dokumen yang belum lengkap atau adakah masalah dengan proposal yang diusulkan. Memang sangat penting mengawal sesuatu yang diperjuangkan agar bisa berhasil, terutama untuk mengetahui apa kendala dan hambatannya sehingga dapat diselesaikan dengan cepat.

Hal ini disampaikan oleh Venny, yang telah berpengalaman dua kali mengawal usulan kegiatan untuk mengakses Dana Desa, yaitu Pelatihan Tata Rias dan pelatihan Pembuatan Anyaman Manik‐Manik serta Pembuatan Kue khas Toraja (kuliner).

Kegiatan Pelatihan ketrampilan bagi kelompok perempuan di desa, sebagaimana yang dilakukan oleh KK Bunda, bermanfaat dalam menciptakan usaha produktif sebagai sumber pendapatan rumah tangga dan kelompok. Hal ini sudah dirasakan oleh masyarakat yang mengikuti pelatihan ketrampilan. Mereka sudah mulai mengelola usaha membuat anyaman manik‐manik, baik secara berkelompok maupun perorangan.

“Dana Desa memang untuk masyarakat desa. Apabila dikelola secara transparan, jujur, dan adil maka akan sangat besar manfaatnya dan terarah dengan baik terutama bagi Masyarakat Miskin. Namun, untuk itu perlu diajukan usulan dalam Musrenbang karena semua kegiatan yang dibiayai Dana Desa harus masuk dalam APBDes (APB Lembang) yang melalui proses perencanaan di tingkat desa/lembang dengan membuat proposal oleh kelompok”, kata Venny Tatto.

Ditulis oleh: Matias

Organisasi Masyarakat Sipil Pastikan Sustainable Development Goals Perhatikan Semua Kalangan

Pada tanggal 26 Oktober, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) bersama Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Oxfam Indonesia, Ohana, dan Transparency International Indonesia (TII) menyelenggarakan Forum Nasional Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) mengenai Tujuan Pembangunan Bekelanjutan (Sustainable Development Goals) dengan tema “Memastikan tak Seorangpun Tertinggal Dalam Perencanaan dan Pelaksanaan SDGs”. MAMPU turut menghadiri pertemuan tersebut.

Acara ini diselenggarakan sebagai sarana bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan pemangku kepentingan lainnya untuk bertukar informasi mengenai tantangan dan peluang pelaksanaan SDGs di Indonesia. Para ahli dan narasumber turut diundang untuk memberikan wawasan pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Isu tenaga kerja tidak terdidik mewarnai dialog pada salah satu sesi.

Dalam sambutannya, M. Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan memberikan penjelasan mengenai rencana pemerintah untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan tenaga kerja Indonesia.

“Kita tidak boleh berbangga hati karena kita masih menghadapi banyak tantangan kedepan. Berdasarkan data profil angkatan kerja, 60,38% dari 127.670.000 pekerja Indonesia adalah lulusan SMA,” ujar Hanif.

Memuat 17 tujuan global dan 169 target, SDGs membahas banyak isu mulai dari kemiskinan dan pengangguran hingga kesetaraan gender. Di antara topik lainnya, kekerasan dan diskriminasi khususnya praktek berbahaya dari Female Genital Mutilation (FGM) juga telah disampaikan sebagai pidato utama.

Indotang, Kepala Sekolah Perempuan Kepulauan Pangkep bicara mengenai female genital mutilation (FGM). Sesuai keterangan Indotang, prevalensi FGM umumnya cukup tinggi di setiap provinsi di Indonesia dikarenakan sangat terkait dengan praktek budaya dan agama.

“Perempuan miskin sering terlupakan. Salah satu masalah yang sering mereka hadapi adalah akses yang terbatas terhadap air bersih di kepulauan mereka tinggal. Memahami prevelansi FGM juga penting. Praktek tradisional yang berbahaya ini harus segera dihapuskan. Kami juga dengan tegas telah menolak praktek FGM di kepulauan Kulambing,” ujar Indotang.

Perwakilan dari BAPPENAS, Kementerian Luar Negeri, BPJS dan penasihat senior INFID, Michael Bobby Hoelman ikut serta di salah satu sesi. Pertemuan ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk memberikan pertanyaan dan aktif berdialog dengan narasumber. Diharapkan pertanyaan dan dialog yang disampaikan dapat memberikan masukan dalam pemberian bantuan untuk komunitas yang membutuhkan seperti masyarakat berkebutuhan khusus.

Dalam salah satu sesi, dua peserta menyesalkan tidak disediakannya bahasa isyarat di berita dan film Indonesia untuk masyarakat berkebutuhan khusus. Terlepas dari kekecewaan yang telah dialami, mereka memberikan apresiasi pada para panitia yang telah menyediakan penerjemah untuk peserta tuna rungu dan tuna netra.

Seorang peserta lainnya turut membagikan cerita sebagai penyandang disabilitas. Dikatakan bahwa keluarga dengan anggota penyandang kebutuhan khusus di Indonesia menghabiskan 15%-30% dari uang mereka untuk layanan transportasi sehari-hari dan layanan umum lainnya. Angka tersebut cukup besar dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

Pendekatan berbeda ditunjukkan Indonesia untuk mencapai tujuan SDGs di tahun 2030. Pemerintah Indonesia dalam hal ini telah mampu untuk menerjemahkan komitmen bersama sebagai aksi lokal.

Perwakilan dari BAPPEDA Bonjonegoro, Rahmat, membagikan cerita mengenai pelaksanaan SDGs di wilayah tugasnya.

“Bonjonegoro, salah satu kabupaten di Jawa Timur telah menerapkan SDGs. Kami percaya semua elemen masyarakat harus terlibat. Kami telah mengundang LSM, perusahaan swasta dan pemerintah untuk berpartisipasi dalam agenda penting ini. Bonjonegoro bahkan memunculkan jargon baru, “Sustainable Bonjonegoro” dengan harapan implementasi SDGs dapat dilakukan dengan baik,” ujar Rahmat.

Melalui rencana aksi SDGs, para peserta memiliki harapan yang tinggi untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan, menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan untuk masyarakat dan mengatasi perubahan iklim. Rencana aksi tersebut harus ditunjang dengan pertumbuhan ekonomi dan  pemenuhan kebutuhan sosial di segala sektor.

 

Dilaporkan oleh: Nugraheni Pancaningtyas (Parliamentary Stream and Collective Action Manager – Program MAMPU)

Koalisi Perempuan Indonesia Gelar Anugerah Swara Sarasvati 2016

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) menggelar Anugerah Swara Sarasvati 2016 di Auditorium Adhiyana Wisma Antara, Jakarta Pusat pada 17 Oktober 2016. Penghargaan yang diadakan dua tahun sekali ini mengangkat semangat Dewi Sarasvati dalam menyebarkan inspirasi dan pengetahuan. Sejalan dengan nilai – nilai tersebut, KPI mengangkat tema “Akses Perempuan Miskin terhadap Jaminan Kesehatan Nasional” yang diharapkan berdampak pada penguatan peran perempuan di berbagai aspek.

Dalam sambutannya, Sekretaris Jendral KPI, Dian Kartika Sari mengatakan, “Ini merupakan bentuk penghargaan Koalisi Perempuan Indonesia terhadap media dan jurnalis yang menyuarakan hak perempuan miskin untuk mendapatkan hak kesehatan”.

Dian menambahkan, “Perempuan miskin mengalami kendala dalam segala hal, mulai dari informasi hingga hal – hal teknis pendaftaran JKN”.

JKN dan kemiskinan perempuan di tahun 2016 menjadi fokus utama KPI. Didasarkan pada hasil penelitian dan laporan masyarakat di wilayah dampingan KPI. KPI melihat bahwa pelayanan kesehatan bagi perempuan saat ini masih rendah. Disinilah media dapat berperan aktif untuk mendengarkan dan membagikan pengalaman masyarakat.

Hesthi Murti (Ketua Bidang Perempuan dan Anak AJI), Ignatius Haryanto (dosen UMN), Zumrotin K.S. (Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan) dan Arswendo Atmowiloto  (jurnalis senior dan pengamat budaya) ikut terlibat sebagai dewan juri. Kelima dewan juri tersebut mengamati 1.298 artikel yang dipublikasikan di media cetak, daring, radio dan TV selama 14 bulan terakhir.

Dari hasil penilaian, Tempo.Co terpilih sebagai pemenang untuk kategori Media Daring, Radio Republik Indonesia untuk kategori Radio dan Harian Terbit untuk Media Cetak. CNN dan Net TV memenangkan kategori Media TV.

Mitra Tarigan, salah satu penerima pengharagaan dari Tempo tersebut mengungkapkan rasa terima kasihnya, “Terima kasih atas penghargaan yang diberikan. Tempo merasa bangga menerima penghargaan ini”.

Nadlroh As Sariroh, Presidium Nasional untuk Koalisi Perempuan Indonesia dalam pidatonya berharap melalui penghargaan tersebut media dan jurnalis diharapkan dapat lebih berkomitmen  dalam memberikan kepedulian terhadap permasalahan sosial dan kesehatan yang dialami perempuan.

KPI Regional Sumatera Adakan Pendidikan Kader Menengah (PKM) di Jambi

Pada 20 – 26 September 2016, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Regional Sumatera mengadakan Pendidikan Kader Menengah (PKM) bagi para kader KPI. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Shang Ratu Kota Jambi ini, diikuti 25 kader KPI dari Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Lampung dan DKI Jakarta.

Dari hari pertama hingga hari ketiga, para peserta mendapatkan materi tentang gender dan seksualitas, gender berbasis analisis sosial dan hak asasi perempuan. Setelah itu, peserta berdiskusi tentang isu peraturan dan advokasi terkait perlindungan sosial di bidang kesehatan, yang merupakan fokus KPI dalam Program MAMPU. Mereka berdiskusi tentang kasus JKN yang ditemukan oleh KPI di lapangan.

Dalam kesempatan tersebut, KPI mengundang perwakilan dari Bappeda Kota Jambi, BPJS Kesehatan dan anggota DPRD Kota Jambi, Ibu Maria Magdalena, sebagai pembicara. Perwakilan Bappeda Jambi dan BPJS Kesehatan menyampaikan pengalaman mereka terkait penerapan BPJS Kesehatan dan advokasi pemerintah daerah terkait perlindungan kesehatan. Adapun Ibu Maria Magdalena, berbagi pengalaman tentang advokasi kebijakan dan anggaran kesehatan.

Dari hasil diskusi, para peserta menyepakati untuk melakukan advokasi sistem perlindungan kesehatan yang lebih baik. Oleh karena itu, KPI memerlukan data yang valid dan jaringan yang lebih baik. Selain itu, sebagai bentuk aksi kolektif, KPI akan bekerjasama dengan mitra MAMPU lain di Sumatera yaitu PERMAMPU, untuk mengumpulkan lebih banyak bukti lapangan sebagai bahan advokasi Jaminan Keamanan Sosial (JKN).

Selain tentang isu JKN, peserta juga belajar tentang manajemen organisasi. Materi yang disampaikan terkait dengan transformasi kepemimpinan, yang membahas bagaimana pemimpin yang baik bisa mendengarkan dan mengakomodasi suara anggota mereka. Materi selanjutnya adalah penggalangan dana/ fundraising, yang disampaikan oleh KPI sekretariat nasional (Setnas).

Setnas KPI memperkenalkan rencana keberlanjutan KPI seperti Sekolah Politik Perempuan, konsep ‘Satu Balai – Satu Produk’ dan diversifikasi sumber pendanaan yang dapat digunakan oleh KPI balai/ cabang atau wilayah. Setnas KPI juga menjelaskan tentang Most Significant Change (MSC) sebagai sarana monitoring dan evaluasi. Khususnya tentang MSC, peserta berlatih melakukan wawancara dengan rekan mereka tentang perubahan signifikan yang terjadi sejak menjadi anggota KPI dan kemudian menuliskan cerita tersebut.

Sebagai penutup, pelatihan ini membahas rencana aktivitas KPI untuk 6 bulan ke depan, khususnya rencana advokasi JKN. Sebagian besar KPI Wilayah berencana untuk melakukan sosialisasi internal terkait JKN, verifikasi data Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk anggota KPI, serta membantu komunitas miskin di daerahnya untuk mengakses KIS, dan advokasi ke pemerintah daerah.

Dilaporkan oleh: Dewi Damayanti (Partner Engagement Officer – Program MAMPU)

KPI: Konsolidasi Nasional Kelompok Kepentingan Perempuan Buruh Migran

Pada 30 Agustus – 1 September 2016 yang lalu, Koalisi Perempuan Indonesia melakukan Konsolidasi Nasional Kelompok Kepentingan Perempuan Buruh Migran. Konsolidasi tersebut membahas Rancangan Undang-undang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (RUU PPILN) dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak.

Kegiatan ini  diadakan di Wisma Hijau, Cimanggis, Depok dan diikuti oleh anggota Koalisi Perempuan Indonesia Kelompok Kepentingan Buruh Migran dari Provinsi Jawa Barat,  Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara,  dan  Sulawesi Tengah.

Dialog Publik: Menguak dan Mencegah Pemalsuan Kartu BPJS Kesehatan

Pada 18 Agustus 2016, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) yang didukung oleh Program MAMPU, mengadakan dialog Publik “Menguak dan Mencegah Pemalsuan Kartu BPJS Kesehatan” yang bertempat di Balai Kartini, Jakarta.

Narasumber dalam dialog ini adalah Andayani Budi Lestari, Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan, Komisaris Besar Agus Kurniady Sutisna, Wakil Direktur Direktorat Tindak Pidana Umum – Bareskrim POLRI, dan Winny, Sekretaris Wilayah KPI Jawa Barat. Dialog publik ini dihadiri oleh perwakilan dari LSM dan mitra KPI, serta media massa.

Dalam kesempatan tersebut, Bareskrim Polri dan KPI memaparkan temuan hasil asesmen kasus kartu BPJS Palsu yang terjadi di Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dari hasil asesmen, ditemukan bahwa kasus kartu BPJS palsu ini merupakan upaya penipuan terencana dari pelaku. Modus penipuannya yaitu dengan memanfaatkan keterbatasan informasi pemerintah desa dan warga Desa Kertajaya tentang JKN-BPJS. Selain itu, disebutkan pula faktor-faktor penyebab terjadinya penipuan, salah satunya adalah masih terbatasnya sosialisasi JKN-BPJS di level desa dan kurangnya keterlibatan aparat desa dalam proses pendataan peserta BPJS PBI.

Adapun Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan, Ibu Andayani, memberikan pemaparan tentang bagaimana prosedur pendaftaran kepesertaan PBI dan non-PBI serta penyebab pemalsuan kartu JKN-KIS. Beberapa faktor yang menyebabkan adanya kartu palsu, antara lain: jaminan kesehatan menjadi kebutuhan masyarakat, masyarakat ingin cara pendaftaran yang mudah dan cepat, masyarakat tergiur dengan iuran yang murah, serta belum pahamnya masyarakat tentang cara mendaftar.

Sebagai tindak lanjut penanganan kartu palsu, BPJS melakukan peningkatan peran unit penanganan pengaduan peserta (UP3) untuk melayani pengaduan masyarakat dan melakukan pengecekan data kartu dengan database. Selain itu, diberikan pula penyuluhan tentang tata cara pendaftaran dan pembayaran iuran, serta mengomunikasikan dengan pihak Pemda untuk pendaftaran masyarakat tidak mampu. BPJS juga menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan jasa calo dalam mendaftar serta mengikuti prosedur pelayanan yang ada.

Sebagai solusi pencegahan kartu palsu, BPJS akan melakukan sosialisasi cara pendaftaran yang lebih luas melalui media televisi, spanduk, poster, surat kabar dan media sosial, serta menerapkan dropbox system untuk kemudahan dan percepatan pendaftaran di kantor BPJS Kesehatan. Selain itu, BPJS juga akan menambahkan Point of Service melalui pengembangan pendaftaran melalui care center, kartu kredit dan pendaftaran oleh pihak ketiga (Bank mitra, dll).

KPI: Pelatihan Advokasi Jaminan Kesehatan untuk Semua

Pada 4 – 8 Agustus 2016, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) mengadakan pelatihan advokasi Jaminan Kesehatan untuk Semua yang dilaksanakan di Hotel Amaris Pakuan, Bogor.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberi bekal pengetahuan bagi para peserta mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan strategi-strategi advokasi untuk persiapan Balai Perempuan menjadi Pusat Informasi Pengaduan dan Advokasi JKN (PIPA JKN).

Pelatihan ini dihadiri oleh perwakilan pengurus cabang dan Balai Perempuan dari 8 provinsi yang menjadi lokasi Program MAMPU dan juga ditambah perwakilan dari Lampung, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara.

Kunjungan Lapangan Mahasiswa Universitas Sydney ke Mitra MAMPU di Sulawesi Selatan

Setelah melakukan kunjungan lapangan di daerah Jakarta, Mahasiswa Universitas Sydney peserta program Sydney South East Asia Centre (SSEAC) berkunjung ke beberapa mitra MAMPU di wilayah Sulawesi Selatan dari tanggal 17 – 22 Juli 2016.

Kehadiran mahasiswa ini adalah untuk menelaah Program MAMPU terkait dengan penguatan sumberdaya perempuan dari sisi sosial dan ekonomi, termasuk kebijakan yang pro kemiskinan dan pro gender.

Selama di Sulawesi Selatan, para mahasiswa Universitas Sydney berpencar dan mengunjungi mitra dan sub-mitra MAMPU seperti BaKTI, FPMP, YKPM, Koalisi Perempuan Indonesia, KAPAL Perempuan, LMP2EM dan Maupe, yang berada di empat daerah yaitu Kota Makassar, Kota Pare-pare, Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

Isu-isu yang dipelajari mahasiswa dalam kunjungan lapangan tersebut adalah penguatan DPRD dalam penganggaran pemerintah yang “pro poor dan pro gender”, isu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), isu keberlanjutan lembaga NGO serta isu pengorganisasian kelompok masyarakat dan advokasi kebijakan.

Di Kota Makassar, Michelle, salah satu peserta program SSEAC, mempelajari strategi keberlanjutan sebuah organisasi melalui BaKTI, sedangkan Bridget belajar tentang sekolah politik perempuan Maupe dan bertemu DPRD dan Dinas Kesehatan di Maros. Adapun Margo dan Maddy mengunjungi Rumah Penyintas Kekerasan di Balai Perempuan Macini Sombala, Koalisi Perempuan Indonesia. Serta Piyusha, Ciaan dan Lies berkunjung ke Pulau Sabutung di Pangkajene untuk melihat langsung aktivitas Sekolah Perempuan – KAPAL Perempuan.

Deputy Director SSEAC University of Sydney Dr Elisabeth Kramer menjelaskan,“Setelah melakukan kunjungan lapangan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat dan mitra dampingan MAMPU di Jakarta dan Sulawesi Selatan, para mahasiswa ditugaskan membuat laporan tertulis sesuai dengan bidang tugasnya dan mempresentasikannya sebelum kembali ke Australia”.

Kunjungan Kedutaan Besar Australia ke Balai Perempuan KPI Aceh

Pada 25 Juli 2016, Perwakilan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia melakukan kunjungan ke Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), salah satu mitra Program MAMPU, di Banda Aceh.

Pertemuan yang dilakukan di kantor KPI tersebut, dihadiri oleh perwakilan Program MAMPU, Presiden Wilayah KPI dan anggota Balai Perempuan. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendiskusikan pengalaman pengurus dan anggota Balai Perempuan dalam menangani komplain dari perempuan miskin di daerah mereka yang belum mendapatkan akses pelayanan perlindungan sosial dari pemerintah, khususnya Jaminan Kesehatan Nasional. Selain itu, diskusi juga membahas kualitas layanan yang diberikan program tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Nicola Nixon dari Kedutaan menanyakan alasan mengapa anggota Balai Perempuan KPI mau bekerja secara sukarela. Mereka mengatakan bahwa ada beberapa manfaat yang mereka dapatkan dengan bergabung di Balai Perempuan KPI. Walaupun bekerja secara sukarela, mereka dapat memperluas jaringan, menambah skill dan ilmu untuk menganalisa sesuatu, mendapat kesempatan untuk belajar kepemimpinan serta akuntabilitas.

Saat ini, KPI Aceh memiliki 8 cabang yang terdiri dari 41 Balai Perempuan. Adapun kegiatan KPI Aceh yang didukung oleh Program MAMPU, terdapat di 3 kabupaten dan 9 desa (Balai Perempuan).

Dilaporkan oleh: Damaris Tnunay (Partner Engagement Officer – Program MAMPU)