Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Ikuti KKN Tematik Desa Peduli Buruh Migran di Tiga Kabupaten di Jawa Tengah

Seratus mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dilepas untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI). Pelaksanaan KKN Tematik Desbumi diselenggarakan di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo (7 desa), Kabupaten Kebumen (2 desa), dan Kabupaten Cilacap (1 desa).

KKN Tematik Desbumi merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara Migrant CARE dengan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang didukung oleh MAMPU, untuk turut berkontribusi aktif dalam memberdayakan buruh migran melalui Desbumi.

Melalui KKN Desbumi ini, diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada buruh migran dengan memperkuat peran desa dan komunitas di desa-desa tempat lokasi KKN. Fokus Desbumi adalah penguatan lima pilar yaitu pilar advokasi, pilar kelembagaan, pilar pendataan dan penyebaran informasi, pilar pemberdayaan keluarga dan pilar pengembangan ekonomi.

Pelaksanaan KKN ini berlangsung pada tanggal 25 Juli- 28 Agustus 2017 dengan melibatkan 100 orang mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman dan 10 orang Dosen Pembimbing Lapangan. Sebelum diterjunkan ke desa, para mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan diberikan pembekalan tentang migrasi aman dan program Desbumi.

Staf Partner MAMPU Terpilih jadi TKI Inspiratif Pilihan Tempo 2017

Pada 15 Mei 2017 di Jakarta, Tempo Media Group bekerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja RI (Kemnaker) memilih delapan orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Inspiratif yang dinilai mampu menginspirasi masyarakat. Pemilihan ini dilaksanakan dalam rangka merayakan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei.

Mereka yang terpilih telah diseleksi dari sekitar 5.000 orang dan memenuhi kriteria paling inspiratif. Dua di antaranya adalah Siti Mariam Ghozali, mantan buruh migran asal Wonosobo (Jawa Tengah) dan Siti Badriyah, mantan buruh migran asal Grobogan (Jawa Tengah) yang saat ini menjadi staf advokasi Migrant CARE.

Siti Mariam Ghozali yang juga dikenal dengan nama Maria Bo Ik, pernah bekerja di Hong Kong dan Taiwan. Saat menjadi TKI, Maria aktif mengikuti kursus bahasa Inggris dan Mandarin, serta menulis cerita pendek dan novel. Berbagai karyanya sudah diterbitkan. Bahkan, di desa asalnya, Maria mendirikan taman bacaan Istana Rumbia yang dapat diakses oleh semua orang secara gratis. Selain itu, Maria juga berwirausaha dengan membuat tiwul instan yang dijual secara online.

Adapun Siti Badriyah, pernah bekerja sebagai buruh migran di Malaysia pada tahun 2002. Ia memiliki pengalaman buruk saat bekerja: paspornya ditahan oleh agen penyalur, gajinya tidak dibayar, hingga harus kembali ke Tanah Air dengan kapal barang. Dari pengalaman tersebut, Ia aktif memberikan advokasi kepada TKI melalui Konsorsium Pembela Buruh Migran (Kopbumi) dan Migrant CARE, agar TKI lainnya tidak mengalami hal serupa.

Selama ini, buruh migran dikonotasikan dengan berbagai masalah. Oleh karena itu, diharapkan dengan penganugerahan TKI Inspiratif ini dapat memberi inspirasi bagi para TKI lainnya untuk gigih dan bekerja keras, sehingga memberi perubahan positif bagi diri dan lingkungannya.

Kunjungan Komisi IX DPR RI ke Desmigratif Kuripan, Wonosobo

Sejumlah anggota Komisi IX DPR RI yang dipimpin Saleh Partaonan Daulay, melakukan kunjungan kerja ke Desa Kuripan, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Desa Kuripan merupakan integrasi dari Desmigratif (Desa Migran Produktif) dan Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran), yang merupakan program dampingan Kementerian Ketenagakerjaan dan Migrant CARE untuk memberdayakan, memberi perlindungan dan meningkatkan pendampingan bagi buruh migran.

Kunjungan ini dimaksudkan untuk berdiskusi secara langsung dengan para Buruh Migran yang ada di Wonosobo, serta memastikan implementasi program Desmigratif dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan apa yang direncanakan oleh pemerintah.

Harapannya, dari tatap muka ini Komisi IX dapat memperoleh pandangan dan referensi bagaimana cara memperbaiki kualitas hidup para mantan buruh migran.

Dalam kunjungan yang dilaksanakan pada tanggal 7 April 2017 tersebut, hadir pula wakil bupati Wonosobo, H. Agus Subagiyo M.Si.

MAMPU Gelar Lokakarya Hasil Temuan Penelitian tentang Aksi Kolektif Perempuan

Program MAMPU bekerja sama dengan lembaga riset Migunani mengadakan Workshop Hasil Temuan Penelitian Aksi Kolektif Perempuan (AKP) di Hotel The Alana, Sleman, Yogyakarta, pada Selasa (21/2). Acara ini bertujuan untuk menjamin mutu penelitian tentang peran 8 mitra MAMPU terpilih; ‘Aisyiyah, Konsorsium Perempuan Sumatra MAMPU (PERMAMPU), Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan), Migrant CARE, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Institut KAPAL Perempuan dan mitra pekerja rumahan dalam membangun Aksi Kolektif Perempuan (AKP).

Diharapkan melalui workshop tersebut lembaga mitra MAMPU dapat mendiskusikan hasil studi dan memberikan umpan balik untuk perbaikan di masa mendatang.

Acara ini diisi dengan presentasi dari tim Program MAMPU dan Migunani tentang hasil penelitian dan draft laporan di depan mitra terpilih. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengorganisasian adalah elemen yang sangat penting dan efektif untuk membuka akses perempuan ke layanan publik. Sebagai bentuk rekomendasi dihasilkan langkah-langkah yang harus diambil untuk membuka akses perempuan ke layanan tersebut, yaitu; membangun kepercayaan diri, menguatkan kepemimpinan dan membuka akses terhadap program pemberdayaan dan pengorganisasian perempuan akar rumput. Ketiga hal ini merupakan komponen penting untuk keberlanjutan capaian dari AKP.

Menteri Ketenagakerjaan RI Tandatangani MoU Integrasi Desmigratif dan Desbumi di Wonosobo

Kementerian Ketenagakerjaan dan Migrant CARE, salah satu mitra Program MAMPU, menggelar acara bertajuk Peninjauan Desa Migran Produktif (Desmigratif) dan penandatangan nota kesepahaman untuk integrasi Desmigratif dan Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran) di desa Kuripan, Wonosobo, Jawa Tengah pada Jumat (30/12).

Program integrasi Desmigratif dan Desbumi sendiri merupakan program dampingan Kementerian Ketenagakerjaan dan Migrant CARE untuk memberdayakan, memberi perlindungan dan meningkatkan pendampingan bagi buruh migran.

Acara ini dibuka oleh Menteri Ketenagakerjaan RI, Muhammad Hanif Dhakiri, S.Ag., M.Si. Dalam pemaparannya, Hanif memberikan penjelasan mengenai empat kegiatan utama di program Desmigratif. Pertama, pemerintah akan fokus pada pembangunan pusat layanan migrasi dimana warga yang hendak berangkat ke luar negeri mendapatkan pelayanan di balai desa. Beberapa informasi yang disediakan adalah informasi pasar kerja, bimbingan kerja dan pengurusan dokumen awal.

Kedua, yakni pengembangan usaha produktif yang dimaksudkan untuk membantu buruh migran agar memiliki keterampilan dan kemauan untuk membangun usaha-usaha produktif. Kegiatan ini mencakup pelatihan, pendampingan dan bantuan sarana produktif hingga pemasaran produk.

Ketiga, community parenting untuk menangani dan mendampingi keluarga buruh migran dan anak – anak mereka. Dalam kegiatan ini orang tua dan pasangan yang tinggal di wilayah asal diberikan pelatihan  membesarkan atau merawat anak secara baik. Keempat, dilakukan penguatan usaha produktif dalam bentuk koperasi usaha.

Pada pelaksanaannya, 2 desa terpilih menjadi percontohan program yaitu Desa Kuripan di Wonosobo dan Desa Kenanga di Indramayu. Nantinya, Desmigratif ini akan juga diterapkan juga di provinsi Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Hanif juga menekankan bahwa pemerintah dan masyarakat sekitar harus bersama – sama melindungi hak – hak buruh migran yang berangkat ke luar negeri.

“Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus dilakukan sejak pra, hingga kembali ke daerah asal. TKI harus merasakan pelayanan yang aman, cepat, mudah dan berbiaya murah. Desa Migran Produktif (Desmigratif) juga merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam upaya memperbaiki nasib dan perlindungan masyarakat calon TKI maupun yang telah menjadi purna TKI,” ungkap Hanif.

Diharapkan program ini dapat berjalan secara maksimal dan dapat berkontribusi dalam menjamin hak – hak buruh migran dan memperbaiki perekonomian di desa-desa yang menjadi kantong – kantong buruh migran.

 

Dilaporkan oleh: Qorihani (Partner Engangement Officer)

Ratapan Anak Buruh Migran

“Betapa seorang anak yang lagi merindukan kasih sayang dari ibunya. Ternyata uang hasil menjadi buruh migran di Arab Saudi tidak bisa menggantikan kasih sayang ibunya.”

Fotografer:

Indra adalah ibu rumah tangga, kini ikut berperan dan menjadi motivator dalam kelompok pemerhati buruh migran di desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Pupusnya Harapan

“Gambaran buruh migran yang mendapat musibah di negeri jiran Malaysia. Dia mengalami patah kaki dan cacat, lalu akhirnya dipulangkan ke Indonesia. Saat ini kondisinya tidak bisa bekerja. Sehingga, dia belum tahu kapan harapan untuk memiliki rumah sendiri bisa terwujud.”

Fotografer:

Erlina Mardiana, 31 tahun. Karena keadaan ekonomi, pada tahun 2006 ia mendaftar menjadi buruh migran ke Saudi Arabia. Selama di Riyadh, Diana bekerja nyaris tanpa istirahat, dan tetap bertahan demi keluarga. Pulang ke Lombok, ia membuka warung dan saat ini aktif di kelompok BMP Cerah Ceria, kelurahan Gerunung, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Usaha Bakulan

“Dari hasil menjadi buruh migran di Malaysia, ibu ini berjualan sayur-sayuran keliling menggunakan bakulan dan hasilnya berjualan lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.”

Fotografer:

Rohanah adalah keluarga buruh migran yang sehari-hari bekerja sebagai staf tata usaha (honorer) sekolah dan ikut aktif dalam kelompok pemerhati buruh migran di desa Nyerot, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

MAMPU bekerjasama dengan Migrant CARE, dan mitra lokal PPK (Perkumpulan Panca Karsa) di Lombok dan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Lembata, melakukan pelatihan kepada ibu-ibu ini pada bulan Maret 2015 dan dilanjutkan bulan Desember 2015.  Pelatihan diberikan oleh PhotoVoice, konsultan dari London, Inggris.

Migrasi Buruh Tani

“Keadaan masyarakat di desa Darek mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh tani. Dengan keadaan tanah yang mengandalkan air hujan menyebabkan proses panen padi hanya terjadi dua kali dalam setahun. Hal ini menyebabkan perekonomian masyarakat sangat rendah, sehingga mereka susah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut mendorong banyak masyarakat bekerja sebagai buruh migran, dengan harapan untuk bisa memperbaiki hidup menjadi lebih baik lagi.”

Fotografer:

Sumayatus Sahidah, sering dipanggil Sum, ialah seorang guru honorer di salah satu SMA di Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah. Dimulai dari keterlibatannya dalam          pendataan buruh migran di Desa Darek, Sum semakin memahami kondisi buruh migran dan        terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Desbumi. Saat ini, Sum menjadi salah satu kader Desbumi di Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya.

PhotoVoice: Suara Perempuan dalam Foto

Foto ini adalah satu dari 48 foto hasil jepretan 21 ibu-ibu mantan buruh migran, anggota keluarga buruh migran dan pemerhati buruh migran yang tinggal di enam desa di NTB dan NTT.  Cerita foto dan profil fotografer dapat dibaca dalam foto yang ditampilkan.

Melalui foto, mereka menyuarakan keprihatinan, kebutuhan dan menceritakan keberhasilan sebagai buruh migran.  Mereka juga menggunakan foto-foto ini untuk merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, kehidupan masyarakat di sekitar mereka serta menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Foto-foto mereka pernah dipamerkan dalam dua acara nasional yaitu Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan (Mei 2015, di Jakarta) dan Jambore Buruh Migran (November 2015, di Jember).  Cerita tentang mereka ditulis oleh wartawan Kompas, Meidiana, dan dipublikasikan dalam Kompas Minggu (edisi cetak), tanggal 13 Desember 2015.

SARI Adakan Lokakarya Penguatan Jaringan Buruh Migran di Wonosobo

Pada tanggal 25 Oktober, SARI (Social Analysis and Research Institute) salah satu mitra kerja Migrant CARE didukung oleh MAMPU  mengadakan lokakarya bertajuk “Penguatan Jaringan Buruh Migran untuk Pengawalan Perda No. 8 tahun 2016”. Lokakarya ini bertujuan untuk memperkuat peran serta dari jaringan peduli buruh migran, pemangku kepentingan terkait, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi dan organisasi masyarakat sipil lainnya.

Sejak tahun 2015, Raperda Perlindungan TKI telah dibahas oleh tim perumus. Bersama dengan tim perumus, SARI, anggota kelompok BMI (Buruh Migran Indonesia) telah melakukan dialog publik sampai dengan audiensi ke Pansus 3 DPRD.

Pada tanggal 7 Juni 2016, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 mengenai Penempatan dan Perlindungan TKI akhirnya telah ditanda tangani oleh Bupati Wonosobo, Eko Purnomo, S.E., M.M. dan secara resmi disahkan. Di dalamnya diatur tugas dan kewenangan pemerintah daerah, diatur pula kewajiban BMI asal Wonosobo.

Mulyadi selaku Direktur SARI, jelaskan hal-hal yang diatur dalam Perda ini.

“Perda ini mengatur mengenai kewajiban dan kewenangan pemerintah Kabupaten untuk melindungi TKI, sekaligus hak dan kewajiban para TKI.”

Perda tersebut juga menyatakan bahwa, TKI memiliki kewajiban yang harus dilakukan ketika pulang. Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain pemeriksaankesehatan di Puskesmas serta lapor diri kepada Pemerintah Daerah (Daerah) tempat TKI berdomisili.

Dilanjutkan oleh Mulyadi, “Calon TKI juga berhak atas informasi mengenai jenis pekerjaan dan informasi soal upah yang akan diterima.”

Beberapa hak lainnya yang diatur adalah jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan selama penempatan, setelah penempatan hingga kepulangan ke daerah asal.

Annisa Hanifa, salah satu perempuan mantan buruh migran dan aktif dalam lembaga pemberdayaan para mantan TKI mengatakan bahwa Perda tersebut cukup akomodatif. Ia berharap masyarakat serta lembaga terkait memiliki kewajiban untuk mengawal implementasi dari Perda tersebut di lapangan.

 

Dilaporkan oleh: Tri Widiyanto (SARI)